Kamis, 30 Juni 2011

ANALISIS NOVEL LOVE YOU BERRY MUCH KARYA Yennie Hardiwidjaja

BAB 1
PENDAHULUAN

Menurut Nurgiyantoro (1995 : 1) Dunia kesusastraan mengenal prosa (Inggris: Prose) sebagai salah satu genre sastra di samping genre-genre yang lain. Prosa dalam pengertian kesusastraan juga disebut fiksi (fiction), teks naratif (narrative text) atau wacana naratif (narrative discourse). Istilah fiksi dalam pengertian ini berarti Cerita Rekaan (disingkat: cerkan) atau cerita khayalan.
Novel berasal dari bahasa Italia novella, yang dalam bahasa jerman Novelle, dan dalam bahasa Yunani novellus. Kemudian masuk ke Indonesia menjadi novel. Dewasa ini istilah novella dan novella mengandung pengertian yang sama dengan istilah Indonesia novelette (Inggris: novelette), yang berarti sebuah karya prosa fiksi yang panjangnya cakupan, tidak terlalu panjang, namun juga tidak terlalu pendek. Novel merupakan karya fiksi yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus (Nurgiyantoro, 1995: 9)
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) (1995 : 694) Novel adalah karangan prosa yang panjang mengandung rangkaian cerita kehidupan seseorang dengan orang-orang disekelilingnya dengan menonjolkan watak dan sifat setiap pelaku.
Bentuk karya fiksi yang berupa prosa adalah novel dan novel. Novel sebagai sebuah karya fiksi menawarkan sebuah dunia, dunia yang berisi model kehidupan yang diidealkan, dinia imajinatif, yang dibangun melalui sebagai unsur instrinsiknya seperti peristiwa, plot, tokoh, latar, sudut pandang, dan lain-lain, yang kesemuannya tentu bersifat naratif.
Dalam mengalisis sebuah novel yang berjudul “Luv You Berry Much” terlebih dahulu akan dianalisis kelemahan dan kelebihannya.
Kelemahan novel berjudul “Luv You Berry Much” karya Yennie Hardiwidjaja ini jalan cerita pada novel ini, terlalu berbelit-belit, pembaca harus membaca 2 samapi 3 kali agar dapat lebih mudah dipahami.
Kelebihan novel berjudul “Luv You Berry Much” karya Yennie Hardiwidjaja ini adalah dengan bahasa yang ringan dan mudah dipahami serta ceritanya seputar kehidupan remaja sehari-hari, maka pembaca seakan-akan terjun dan ikut larut dalam cerita novel tersebut, apalagi pengarang dapat membuat pembaca penasaran akan cerita yang disajikan pada novel tersebut. Untuk itulah, sebagai salah satu upaya membantu memahami novel, saya bermaksud menganalisis novel melalui unsur intrinsik yang terkandung didalamnya.
Sedangkan tujuan penulis dalam menganalisis novel ini adalah selain ceritanya menarik juga banyak hal yang dapat kita pelajari dari novel tersebut.


BAB II
LANDASAN TEORI

A. Pengertian Tema
Istilah tema muncul menurut Scarbach berasal dari bahasa Latin yang berarti “tempat meletakkan suatu perangkat”. Karena tema adalah ide yang mendasar suatu cerita sehingga berperan juga sebagai pangkal tolak pengarang dalam memaparkan karya fiksi yang dipaparkannya (Aminuddin, 2000 : 91)
Menurut Holmon 1981:443 tema merupakan gagasan sentral yang mencakup permasalahan dalam cerita, yaitu suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra.
Tema merupakan gagasan dasar umum yang menopang sebuah karya sastra dan yang terkandung didalam teks sebagai struktur semantis dan yang menyangkut “persamaan/perbedaan”, (Hartoko dan Rahmanto 1986 : 142).
Tema merupakan gaya yang dominan dalam sebuah novel (Sumarjo,1988:64)
Menurut Staton (1965: 21) tema adalah makna sebuah cerita yang secara khusus menerangkan sebagian besar unsurnya dengan cara yang seerhana.
Dari beberapa pengertian tema diatas, penulis lebih setuju dengan pendapat Holmon yang mengatakan bahwa tema merupakan gagasan sentral yang mencakup permasalahan dalam cerita, yaitu suatu yang akan diungkapkan untuk memberikan arah dan tujuan cerita karya sastra.

B. Pengertian Setting atau tempat peristiwa
Latar atau setting yang disebut juga sebagai landas tumpu menyaran pada pengertian tempat, hubungan waktu, dan lingkungan sosial tempat terjadinya peristiwa – peristiwa yang diceritakan ( Abrams, 1981 : 175 )
Setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun peristiwa serta memiliki fungsi fisikal dan fungsi psikologis (Aminuddin, 2000: 67).
Setting juga mampu menuansakan suasana-suasana tertentu. Suasana tertentu akibat penataan setting oleh pengarangnya itu lebih lanjut juga akan berhubungan dengan suasana penuturan yang terdapat dalam suatu cerita, suasana penuturan itu sendiri dibedakan antara tone sebagai suasana penuturan yang berhubungan dengan sikap pengarang dalam menampilkan gagasan atau ceritanya dengan mood yang berhubungan dengan suasana batin individual pengarang dalam mewujudkan suatu cerita (Aminuddin, 2000:69)
Menurut Nurgiyantoro (2004:227—233) unsur latar dapat dibedakan ke dalam tiga unsur pokok, antara lain sebagai berikut:
a. Latar Tempat
Latar tempat mengacu pada lokasi terjadinya peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Unsur tempat yang dipergunakan mungkin berupa tempat-tempat dengan nama tertentu serta inisial tertentu.
b. Latar Waktu
Latar waktu berhubungan dengan masalah ” kapan ” terjadinya peristiwa-peristiwa yang diceritakan dalam sebuah karya fiksi. Masalah ”kapan” teersebut biasanya dihubungkan dengan waktu
c. Latar Sosial
Latar sosial mengacu pada hal-hal yang berhubungan dengan perilaku sosial masyarakat di suatu tempat yang diceritakan dalam karya fiksi. Tata cara kehidupan sosial masyarakat mencakup berbagai masalah dalam lingkup yang cukup kompleks serta dapat berupa kebiasaan hidup, adat istiadat, tradisi, keyakinan, pandangan hidup, cara berpikir dan bersikap. Selain itu latar sosial juga berhubungan dengan status sosial tokoh yang bersangkutan.

Dari beberapa pengertian setting atau alur diatas, penulis lebih setuju dengan pendapat Nurgiyantoro (2004:227—233) yaitu setting adalah latar peristiwa dalam karya fiksi, baik berupa tempat, waktu, maupun latar sosial.

C. Pengertian Penokohan
Menurut Jones 1998:165 penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.
Abrams ( 1981 : 20 ), penokohan adalah orang yang ditampikan dalam suatu karya naratif atau drama yang oleh pembaca ditafsirkan memiliki kualitas moral dan kecenderungan tertentu seperti yang di ekspresikan dalam ucapan dan apa yang dilakukan dalam tindakan.
Penokohan menggambarkan karakter untuk pelaku. Pelaku dapat diketahui karakternya dari cara bertindak;cirri fisik, dan lingkungan tempat tinggal (Sumarjo,1988:64)
Dari beberapa pengertian penokohan diatas, penulis lebih setuju dengan pendapat Jones 1998:165 yang mengatakan bahwa penokohan adalah gambaran yang jelas tentang seseorang yang ditampilkan dalam sebuah cerita.

D. Pengertian Plot atau Alur
Menurut Forster (1970), plot adalah peristiwa – peristiwa cerita yang mempunyai penekanan pada adanya hubungan kausalitas.
Plot adalah cerita yang berisi urutan kejadian, namun tiap kejadian itu hanya dihubungkan secara sebab akibat, peristiwa yang satu disebabkan atau menyebabkan terjadinya peristiwa yang lain (Staton 1965:14).
Kenny (1966: 14) mengemukakan bahwa plot adalah sebagai peristiwa-peristiwa yang ditampilkan dalam cerita yang tidak bersifat sederhana.
Alur atau plot adalah suatu cerita yang saling berkaitan secara kronologis untuk menunjukkan suatu maksud jalan cerita yang ada (Dick Hartoko, 1948:149).
Adapun jenis alur bisa dibedakan atas kriteria urutan waktu adalah sebagai berikut:
 Alur lurus atau maju (progresif) yaitu peristiwa-peristiwa yang dikisahkan bersifat kronologis artinya peristiwa yang pertama diikuti oleh peristiwa-peristiwa kemudian.
 Alur mundur atau sorot-balik (regresif) yaitu peristiwa-peristiwa yang dikisahkan tidak bersifat kronologis, ceriata tidak dimulai dari tahap awal, melainkan dari tahap tengah bahkan tahap akhir.
 Alur campuran kedua alur baik alur lurus maupun mundur.
Jadi sifat alur ada kalanya:
 Terbuka. Jika akhir cerita merangsang pembaca untuk mengembangkan jalan cerita,di samping masalah dasar persoalan.
 Tertutup. Akhir cerita tidak merangsang pembaca untuk meneruskan jalan cerita.
 Campuran keduanya.
Dari beberapa pengertian plot atau alur diatas, penulis lebih setuju dengan pendapat Dick Hartoko, 1948:149 yang mengatakan bahwa alur atau plot adalah suatu cerita yang saling berkaitan secara kronologis untuk menunjukkan suatu maksud jalan cerita yang ada.

E. Pengertian Sudut Pandang atau Point Of View
Menurut Abrams (1981: 142) sudut pandang adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam karya fiksi kepada pembaca.
Sudut pandang adalah strategi, tehnik, siasat yang secara sengaja dipilih pangarang untuk mengemukakan gagasan dan ceritanya (Nurgiyantoro 1994: 248).
Sudut pandang merupakan tehnik yang dipergunakan pengarang untuk menemukan dan menyampaikan makna karya artistiknya, untuk dapat sampai dan berhubungan dengan pembaca (Stevick, 1967:107)
Sudut pandang adalah cara pengarang menempatkan dirinya terhadap cerita atau dari sudut mana pengarang memandang ceritanya.
(http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2043784-pengertian-sudut-pandang/)
Berikut ini beberapa sudut pandang yang dapat digunakan pengarang dalam bercerita.
a. Sudut pandang orang pertama, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti aku atau saya. Dalam hal ini pengarang seakan-akan terlibat dalam cerita dan bertindak sebagai tokoh cerita.
b. Sudut pandang orang ketiga, sudut pandang ini biasanya menggunakan kata ganti orang ketiga seperti dia, ia atau nama orang yang dijadikan sebagai titik berat cerita.
c. Sudut pandang pengamat serba tahu, Dalam hal ini pengarang bertindak seolah-olah mengetahui segala peristiwa yang dialami tokoh dan tingkah laku tokoh.
d. Sudut pandang campuran, (sudut pandang orang pertama dan pengamat serba tahu). Pengarang mula-mula menggunakan sudut pandang orang pertama. Selanjutnya serba tahu dan bagian akhir kembali ke orang pertama.
Dari pengertian-pengertian di atas tentang Sudut Pandang, penulis lebih setuju dengan pendapat Abrams (1981: 142) yang menyebutkan bahwa sudut pandang adalah cara dan atau pandangan yang dipergunakan pengarang sebagai sarana untuk menyajikan tokoh, tindakan, latar, dan berbagai peristiwa yang membentuk cerita dalam karya fiksi kepada pembaca.

F. Pengertian Gaya Bahasa
Gaya bahasa adalah suatu ungkapan yang mengungkapkan makna kiasan (Sujiman, 1986 : 48).
Gaya bahasa adalah teknik pengolahan bahasa oleh pengarang dalam upaya menghasilkan karya sastra yang hidup dan indah. Pengolahan bahasa harus didukung oleh diksi (pemilihan kata) yang tepat. Namun, diksi bukanlah satu-satunya hal yang membentuk gaya bahasa.
(http://hadirukiyah.blogspot.com/2009/06/p-r-o-s-f-i-k-s-i-tentang dasar dasar_20.html)
Sebagaimana yang diungkapkan Jabrohim, Suminto A. Sayuti, dan Chairul Anwar (2001:119) bahwa gaya bahasa merupakan ciri khas seorang pengarang atau cara yang khas pengungkapan seorang pengarang
Kemudian Jacob Sumardjo dan Saini K.M (1998:127) berpendapat bahwa : gaya bahasa adalah cara menggunakan bahasa agar daya ungkap atau daya tarik atau sekaligus kedua-duanya bertambah.
Menurut Kamus Lengkap Bahasa Indonesia, 2004, gaya bahasa adalah penggunaan kata-kata kiasan dan perbandingan yang tepat untuk mengungkapkan sesuatu maksud agar terbentuk pemilihan bahasa yang tepat. Biasanya masing-masing pengarang memiliki cara pemilihan gaya bahasa sendiri-sendiri atau dalam bentuk tulisan maupun lisan yang dipakai dalam suatu karangan yang bertujuan untuk mewakili perasaan dan pikiran dari pengarang. Majas dibagi menjadi beberapa macam, yakni majas perbandingan, sindiran, penegasan dan pertentangan.
Yang termasuk majas perbandingan adalah sebagai berikut :
1. Alegori: Menyatakan dengan cara lain, melalui kiasan atau penggambaran.
2. Alusio: Pemakaian ungkapan yang tidak diselesaikan karena sudah dikenal.
3. Simile: Pengungkapan dengan perbandingan eksplisit yang dinyatakan dengan kata depan dan pengubung, seperti layaknya, bagaikan, dll.
4. Metafora: Pengungkapan berupa perbandingan analogis dengan menghilangkan kata seperti layaknya, bagaikan, dll.
5. Antropomorfisme: Metafora yang menggunakan kata atau bentuk lain yang berhubungan dengan manusia untuk hal yang bukan manusia.
6. Sinestesia: Metafora berupa ungkapan yang berhubungan dengan suatu indra untuk dikenakan pada indra lain.
7. Antonomasia: Penggunaan sifat sebagai nama diri atau nama diri lain sebagai nama jenis.
8. Aptronim: Pemberian nama yang cocok dengan sifat atau pekerjaan orang.
9. Metonimia: Pengungkapan berupa penggunaan nama untuk benda lain yang menjadi merek, ciri khas, atau atribut.
10. Hipokorisme: Penggunaan nama timangan atau kata yang dipakai untuk menunjukkan hubungan karib.
11. Litotes: Ungkapan berupa mengecilkan fakta dengan tujuan merendahkan diri.
12. Hiperbola: Pengungkapan yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal.
13. Personifikasi: Pengungkapan dengan menyampaikan benda mati atau tidak bernyawa sebagai manusia.
14. Depersonifikasi: Pengungkapan dengan tidak menjadikan benda-benda mati atau tidak bernyawa.
15. Sinekdot Pars pro toto: Pengungkapan sebagian dari objek untuk menunjukkan keseluruhan objek.
16. Sinekdot pro parte: Pengungkapan keseluruhan objek padahal yang dimaksud hanya sebagian.
17. Eufimisme: Pengungkapan kata-kata yang dipandang tabu atau dirasa kasar dengan kata-kata lain yang lebih pantas atau dianggap halus.
18. Disfemisme: Pengungkapan pernyataan tabu atau yang dirasa kurang pantas sebagaimana adanya.
19. Fabel: Menyatakan perilaku binatang sebagai manusia yang dapat berpikir dan bertutur kata.
20. Parabel: Ungkapan pelajaran atau nilai tetapi dikiaskan atau disamarkan dalam cerita.
21. Perifrase: Ungkapan yang panjang sebagai pengganti ungkapan yang lebih pendek.
22. Eponim: Menjadikan nama orang sebagai tempat atau pranata.
23. Simbolik: Melukiskan sesuatu dengan menggunakan simbol atau lambang untuk menyatakan maksud.
Yang termasuk majas sindiran adalah sebagai berikut :
1. Ironi: Sindiran dengan menyembunyikan fakta yang sebenarnya dan mengatakan kebalikan dari fakta tersebut.
2. Sarkasme: Sindiran langsung dan kasar.
3. Sinisme: Ungkapan yang bersifat mencemooh pikiran atau ide bahwa kebaikan terdapat pada manusia (lebih kasar dari ironi).
4. Satire: Ungkapan yang menggunakan sarkasme, ironi, atau parodi, untuk mengecam atau menertawakan gagasan, kebiasaan, dll.
5. Innuendo: Sindiran yang bersifat mengecilkan fakta sesungguhnya.
Yang termasuk majas penegasan adalah sebagai berikut :
1. Apofasis: Penegasan dengan cara seolah-olah menyangkal yang ditegaskan.
2. Pleonasme: Menambahkan keterangan pada pernyataan yang sudah jelas atau menambahkan keterangan yang sebenarnya tidak diperlukan.
3. Repetisi: Perulangan kata, frase, dan klausa yang sama dalam suatu kalimat.
4. Pararima: Pengulangan konsonan awal dan akhir dalam kata atau bagian kata yang berlainan.
5. Aliterasi: Repetisi konsonan pada awal kata secara berurutan.
6. Paralelisme: Pengungkapan dengan menggunakan kata, frase, atau klausa yang sejajar.
7. Tautologi: Pengulangan kata dengan menggunakan sinonimnya.
8. Sigmatisme: Pengulangan bunyi “s” untuk efek tertentu.
9. Antanaklasis: Menggunakan perulangan kata yang sama, tetapi dengan makna yang berlainan.
10. Klimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang sederhana atau kurang penting meningkat kepada hal yang kompleks atau lebih penting.
11. Antiklimaks: Pemaparan pikiran atau hal secara berturut-turut dari yang kompleks/ atau lebih penting menurun kepada hal yang sederhana atau kurang penting.
12. Inversi: Menyebutkan terlebih dahulu predikat dalam suatu kalimat sebelum subjeknya.
13. Retoris: Ungkapan pertanyaan yang jawabannya telah terkandung di dalam pertanyaan tersebut.
14. Elipsis: Penghilangan satu atau beberapa unsur kalimat, yang dalam susunan normal unsur tersebut seharusnya ada.
15. Koreksio: Ungkapan dengan menyebutkan hal-hal yang dianggap keliru atau kurang tepat, kemudian disebutkan maksud yang sesungguhnya.
16. Polisindenton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana, dihubungkan dengan kata penghubung.
17. Asindeton: Pengungkapan suatu kalimat atau wacana tanpa kata penghubung.
18. Interupsi: Ungkapan berupa penyisipan keterangan tambahan di antara unsur-unsur kalimat.
19. Ekskalamasio: Ungkapan dengan menggunakan kata-kata seru.
20. Enumerasio: Ungkapan penegasan berupa penguraian bagian demi bagian suatu keseluruhan.
21. Preterito: Ungkapan penegasan dengan cara menyembunyikan maksud yang sebenarnya.
22. Alonim: Penggunaan varian dari nama untuk menegaskan.
23. Kolokasi: Asosiasi tetap antara suatu kata dengan kata lain yang berdampingan dalam kalimat.
24. Silepsis: Penggunaan satu kata yang mempunyai lebih dari satu makna dan yang berfungsi dalam lebih dari satu konstruksi sintaksis.
25. Zeugma: Silepsi dengan menggunakan kata yang tidak logis dan tidak gramatis untuk konstruksi sintaksis yang kedua, sehingga menjadi kalimat yang rancu.
Yang termasuk majas pertentangan adalah sebagai berikut :
1. Paradoks: Pengungkapan dengan menyatakan dua hal yang seolah-olah bertentangan, namun sebenarnya keduanya benar.
2. Oksimoron: Paradoks dalam satu frase.
3. Antitesis: Pengungkapan dengan menggunakan kata-kata yang berlawanan arti satu dengan yang lainnya.


BAB III
ANALISIS NOVEL

3. Analisis unsur intrinsik novel “Luv You Berry Much” karya Yennie Hardiwidjaja
Berikut akan diuraikan analisis novel yang berjudul “Luv You Berry Much” dengan mengidentifikasi dan mendeskripsikan hubungan antar unsur instrinsik novel yang dimaksud.
3.1. Tema
Dari pengertian tentang tema diatas dapat dijelaskan bahwa tema yang diangkat dalam novel tersebut adalah mengisahkan tentang perselingkuhan seorang anak remaja. Dari permasalahan-permasalahan yang timbul dijelaskan bahwa Vera (dalam novel Luv You Berry Much) yang tidak tahan dengan sikap pacarnya, dan menginginkan atau bahkan berharap mencari pengganti pacarnya dengan berselingkuh. Hal ini terlihat pada cuplikan novel berikut:

Masalahnya, minta putus ke Very entah kenapa buat Vera agak…. kejam. Secara orangnya baik gitu ya? Tapi kalo diterusin…..
“Hmmm, gue punya ide,” pikir Vera senang. Apa gue selingkuh aja ya?

Cuplikan lain terdapat pada:

“Tapi ini posisinya laen, Ve. Elo tuh selingkuh. Walaupun gak banyak yang tau elo sama Very jadian, tapi tetep aja namanya elo selingkuh.”(hal 81)

Dari cuplikan novel diatas dapat dijelaskan bahwa Vera memiliki keingginan untuk selingkuh dari pacarnya. Sikap Very yang terlalu baik, membuat Vera gerah dan memutuskan untuk berselingkuh.

3.2. Setting atau Latar
• Setting atau latar tempat peristiwa novel tersebut menyebutkan beberapa tempat seperti di rumah, sekolah, gedung bioskop, mall, pasar dan tempat-tempat lain yang hanya sebagai pelengkap saja. Hal tersebut dapat diamati berdasarkan cuplikan novel berikut:

Bioskop, 19.30 WIB
Hari senin yang menyenangkan untuk nonton hemat. Momen hemat ini dimanfaatkan para insan bercinta untuk nonton tanpa menguras kocek. Lumayan, sisa duit bisa buat beli cemilan. Mau praktis beli di kantin bioskop, mau murah ya turun dulu ke supermarket. (hal 1)


Rumah Vera asri
Sekali lihat langsung ketauan kalo empunya rumah adalah tipikal ibu rumah tangga idaman. Susi, mama Vera memang rajin mengurus rumah. Dia hobi masak. Karena atas dasar hobi masak itulah, Susi membuka katering kecil-kecilan di rumah.(hal 31)


SMA Pelipur, jam istirahat
Vera mengaduk smoothie-nya tanpa semangat. Pikirannya menerawang. Semalaman dia susah tidur, hatinya dongkol mikirin Very melulu.(hal 36)


Mini market
“Obat mata, satu.” Mata Vera semakin perih. “Jangan salah kasih ye, gue gak bisa liat nanti. Awas lo kalo sampe gue buta.” Sialan pak Jantor. Kalo gue sampe buta, gue tuntut lo. “Bayarnya entar ya, gue gak bisa liat apa-apa nih.”(hal 54)


Kelas Jordan
POPULARITAS Jordan memang gak ada matinya. Selalu banyak orang yang mau jadi temenya sekadar numpang popular. Contohnya aja sekarang, Jordan sedang berkumpul dengan sesama anggota gang-nya.(hal 94)


Mall Pondok indah
Tidak disangka-sangka tujuan meraka sama dengan Very dan Priti. Vera menggigit bibir bawahnya, batinnya nggak tenang sejak melihat Priti masuk ke dalam mobil Very.(hal 113)





Rumah Jordan
Rumah Jordan besar. Dua orang pembantu menyambut mereka dan langsung memelototi Vera dari atas hingga bawah. Vera yang agak galak balas memelototi keduanya.(hal 119)


Rumah Very
KAMAR Very harum dan rapi. Tak banyak koleksi yang menghias kamar itu. Tumpukan buku-buku bacaan dan komik terselip rapi di rak buku, sesuai abjad dan nomor seri. Tong sampah pun dalam keadaan kosong. Bersih dan wangi.(hal 145)
Very melenggang menuju pasar. Penampilan doi samtai dan cuek banget, hanya pakek sandal jepit jelek. Ngapain gue keren-keren? Ke pasar doang. Kelewat keren entar gue dicopet lagi kayak dulu.(hal 153)


Kantor polisi pasar legi.
“GAK MUNGKIN ANAK SAYA MALING AYAM! BAPAK JANGAN ASAL NUDUH, SAYA TUNTUT BAPAK!” Hardik Tina marah.(hal 163)


Sementara itu, di mall yang dituju Veri dan teman-teman, Vera sedang menghadapi dilema. Vera mondar-mandir beberapa kali di lorong etalase, melihat-lihat pajangan yang disusun berjejer di etalase.(hal 175)


Bioskop, 19.50 WIB
Untuk ketiga kalinya Very melirik jam tangannya. Dia gelisah. Film sudah mulai 40 menitan, rugi dong beli tiket. Mestinyaa ada potongan kalo yang nonton telat atau batal.(hal 202)

Kata yang menunjukkan latar tempat tersebut diatas seperti bioskop, supermarket, sekolah, mall, rumah Vera, Rumah Very , rumah Jordan, dan juga kantor polisi yang banyak ditemukan berdasarkan cuplikan dari novel tersebut telah membuktikan kejadian /peristiwa yang terjadi pada beberapa tempat yang mendukung cerita pada novel tersebut.

• Latar waktu juga banyak terdapat pada novel ini. Hal ini terlihat pada beberapa cuplikan novel berikut:

Bioskop, 19.30 WIB. Hari senin yang menyenangkan untuk nonton hemat. Momen hemat ini dimanfaatkan para insan bercinta untuk nonton tanpa menguras kocek. Lumayan, sisa duit bisa buat beli cemilan. Mau praktis beli di kantin bioskop, mau murah ya turun dulu ke supermarket.(hal 1)


Satu setengah jam yang lalu, 18.00 WIB. Very bersiul riang gembira. Dia memarkir mobil dan hendak melenggang masuk ke dalam mall. Hari ini dia datang tepat waktu. Terbayang wajah cantik Vera yang lebih sering cemberut karena Very selalu telat. (hal 11)


Dua jam kemudian, 20.00 WIB. Very berlari-lari di dalam mall. Dia tidak lagi peduli dengan peluh yang membasahi tubuhnya.(hal 16)


“Pagi, Ma….” sapa Vera tanpa semangat. Dia bersiap-siap akan pergi ke sekolah.(hal 32)


“Pagi, sayang,” Harry muncul dari ruang dalam. “Mama masak apa hari ini? Hm, sandwich bakar. Waw…”(hal 32)


Pelajaran matematika siang itu langsung mental. Vera berusaha serius dan sok menyimak palajaran. Dia melotot lebih belo, mencatat lebih rajin, tapi otaknya blank.(hal 51)


“Nanti sore bantuin tante anterin catering, yah. Si Duloh gak masuk. Bininya mau ngelahirin, katanya. Sopir mesti nganterin pesanan ke kondangan. Mmh, Very mau bantu nggak nganter catering yang rumahan?”(hal 59)


Malamnya, hati Vera terasa meledak. SMS pertama dari Jordan mampir ke ponselnya, Vera melotot, matanya hampir loncat. Dia men-save nama Jordan dengan nama samara Jardine.(hal 61)


PULANG sekolah, Vera menunggu Very di warung Mpok Ati yang letaknya di depan sekolah. Dia sudah menunggu setengah jam. Vera dongkol campur bete. Ke mana si Very, katanya mau anterin gue ke mall beli baju….. Grr…..(hal 69)

Paginya, di sekolah. “Elo bener-bener kelewatan, Ve. Elo tega banget jadi orang,” protes Priti keesokan paginya.(hal 89)


“Very gak pernah kelihata lagi?”Tanya Sus memancing. Mama butuh bantuan nih, Ve. Dulloh besok minta cuti. Minta very datang, bantu Mama anterin ketering, Ve.”(hal 106)


Paginya, di rumah Vera. Maa….. seladanya mana?” teriak Vera di pagi yang repot. Tomatnya…oh. Mama ada buah apa aja, Ma?” Vera ke dapur mencuci selada dan mengiris tomat.(hal 141)


PULANG sekolah, Priti menunggu angkot. Angkot yang melewatinya pada full. Priti dengan sabar menunggu.(hal 111)


Vera telungkup di ranjang yang semrawut. Jam satu pagi, Vera masih belum memejamkan mata. Sedari tadi dia uring-uringan. What’s wrong with me?.(hal 116)


Priti sibuk dengan pelajaran, sedangkan Vera masih sakit hati karena kejadian kemarin. Ditambah lagi, hari ini dilihatnya Priti berdandan heboh banget.(hal 117)


Pulang sekolah. Lagi-lagi Vera mendapati Priti dan Very semobil. Vera semakin geram, tapi tidak bisa berbuat apa-apa. Rasa cemburu menjalari hatinya. Senyum centil dan lagak manja Priti di samping Very membuatnya setengah mati.(hal 118)


PULANGNYA, Vera menumpahkan segala kegundahan hatinya pada ibunya. Dia menangis sejadi-jadinya. Harry berdiri di depan pintu kamar Vera, merasa nelangsa.(hal 138)


Paginya, di rumah Vera. “Ma…..seladanya mana?” Teriak Vera di pagi yang repot. “Tomatnya…oh. Mama ada buah apa aja, Ma?” Vera ke dapur mencuci selada dan mengiris tomat.(hal 141)


Vera berlari-lari kecil ke kelas Very. Dia datang lebih pagi, sengaja nggak telepon atau SMS demi memberi surprise.(hal 144)

Vera blingsatan. Sudah istirahat jam makan siang, tapi Very belum juga mengirim SMS.(hal 148)


Beneran bisa juling. Besok gue kudu bawa kaca mata item sama obat mata. Grrr… Si Very sentimen. SMS-an sama Priti, sama gue enggak. UGH!.(hal 155)


Dua jam kemudian, mereka kembali ke kantor polisi dengan membawa sejumlah saksi utuk membebaskan Very.(hal 167)


Pulang sekolah. Raymond dan Priti tiba di depan rumah Very dengan taksi. Keduanya celingak-celinguk menunggu. Rumah Very besar, tapi terlihat lenggang.(hal 171)


Bel tanda istirahat berbunyi. Vera segera keluar kelas dan mencari Priti. Ditemukannya Priti duduk di tepi kolam ikan. Tempat mereka biasa nongkrong.(hal 181)


Lalu pandangan melecehkan itu kembali pada Jordan. Pagi itu, seluruh pandangan anak-anak baik cewek maupun cowok menatapnya dengan penuh hina.(hal 189)

Dari beberapa cuplikan novel diatas telah membuktikan bahwasanya latar waktu banyak terdapat pada novel tersebut. Baik waktu yang menunjukkan jam maupun kata pagi, siang, malam, besok, pulang sekolah, jam istirahat, maupun menyebutkan nama hari yang menunjukkan kejadian/peristiwa yang terjadi dalam novel Luv You Berry Much.

• Selain latar tempat dan latar waktu yang terakhir adalah latar sosial yang mengacu pada perilaku-perilaku sosial tokoh di dalam novel tersebut. Hal tersebut dapat diamati berdasarkan cuplikan novel berikut:

Very hampir sampai di pintu masuk mall ketika dia melihat seorang gadis ABG kebingungan sambil melihat ke dalam mobil yang mesinnya hidup. Gadis itu terlihat putus asa. Wajahnya pucat dan hampir menangis dalam hitungan menit. Very celingak-celinguk mencari tukang parkir, tapi ruang itu kosong. Insting Very segera menagkap ada yang tidak beres.
“Ada apa ya? Kayaknya, lagi ada masalah….” Very menyapa.
Gadis itu terlihat takut-takut. Very menebarkan wajah baik(syukurlah, bukan cuma wajah orangnya memang baik) plus senyum ramah. Bersyukur Very dikaruniai wajah melankolis romantis.
“Kalo ada yang bisa gue bantu…. Abis kayaknya elo ada masalah deh.”
Gadis itu luluh. Mungkin karena sadar tak ada harapan lagi.
“Ini….hiks. kunci mobil gue ketinggalan di dalem. Hiks. Pintunya kekonci, tapi kuncinya di dalam hiks hiks,” katanya terbata-bata. Suaranya manja merayu. Gadis itu masih sangat muda.(hal 13)


“Gue gak selingkuh, Ve. Itu suara cewek yang gue bantuin buka central lock-nya. Bayangin, kuncinya ketinggalan di dalam mobil sementara mesin masih idup. Kalo bukan gue yang bantuin siapa lagi?”(hal 18)


“Nanti sore bantu anterin katering, yah. Si Dulloh gak masuk. Bininya mau ngelahirin, katanya. Sopir mesti nganterin pesanan ke kondangan. Mmh, Very mau bantu nggak nganter katering yang rumahan?”
“Sip!” Very tersenyum.(hal 59)


“Kamu tolongin Ibu sampulin buku-buku, yah? Kamu gak ada kerjaan, kan? Tolong ya, Ibu tinggal rapat sebentar.”
“Hah?”
“Sebentaaar saja.”
“Yeee…”
Terbayang wajah ngambek Vera. Very meraih ponsel. Terdengar nada putus. Dia melirik jam tangannya. Nasib, nasib. Telat setengah jam…(hal 70)


“Sumpah, Pak… Saya tuh gak nyolong. Saya pelajar, saya rangking, saya anak baek-baek. Boleh dicek. Saya tuh hanya nolongin…”
“Pak, saya kan audah bilang tiga puluh kali, saya gak nyolong… Wong saya bawa duit kok. Saya kan nolongin, itu orang ayamnya jatuh. Saya ambil, saya uber, mau saya balikin.”(hal 160)

Beberapa cuplikan diatas telah membuktikan bahwa di dalam novel tersebut banyak terdapat latar sosial yang mengacu pada perilaku-perilaku tokoh, dimana Very (tokoh dalam novel Luv You Berry Much) beberapa kali menolong atau membantu tokoh lain yang terdapat dalam novel, yang tentu saja dari kata-kata membantu atau menolong menunjukkan latar sosial novel tersebut.

3.3. Penokohan
Tokoh-tokoh pada novel Luv You Berry Much adalah:
1. Tokoh utama novel adalah Vera dan Very
• Tokoh Vera dalam novel tersebut adalah seorang gadis semampai, yang memiliki watak suka berubah-ubah, berwajah cantik, manis, bongsor, pemalu, galak yang juga jago dalam bela diri atau karate. Hal ini terlihat dalam cuplikan novel berikut:

Very bersiul riang gembira. Dia memarkir mobil dan hendak melenggang masuk ke dalam mall. Hari ini dia datang tepat waktu. Terbayang wajah cantik Vera yang lebih sering cemberut karena Very selalu telat. Walaupun sering dimarah-marahi Vera, Very asyik-asyik saja dengan sikap pacarnya itu. Vera adalah pujaan hatinya, pasangan rusuk, dan apalah itu. Intinya, Very cinta mati sama Vera. Hari ini, Vera bakalan kalah hehehe…Very melirik jam tangan, gue lebih cepet sejam! Hehehe… Setelah bertubi-tubi Vera protes dengan sikap mendua Very, akhirnya dia memutuskan untuk meluluskan permohonan Vera. Very akan berkonsentrasi pada hubungan mereka berdua. Ceilah!
Elo tuh cowok gue Ver, masa dipake rame-rame?!” seru Vera waktu itu. Bacotnya berdentum-dentum, menghujam telinga Very. Kata-kata selanjutnya lebih sadis lagi.
Tapi semuanya itu tidak membuat Very surut mencintai Vera. Dia tetap mencintai apa adanya. Vera, gadis semampai, cantik, bongsor, galak, tapi berwajah manis. Dan kalo Vera udah senyum nih, hati Very bakalan jatoh toh-toh. Sulit dipercaya, di balik wajah manis Vera ternyata dulu doi seorang karateka Dan dua.(hal 12 )

Cuplikan lagi terlihat pada:

“GGGRRMMMHHHH….” Vera menggeram mengerikan. Lalu, secara refles kaki Vera langsung menendang Very.
“WATTAAAA!”
BUG!
“UGH!!” Very terloncat lalu jatuh tertunduk. Dengkulnya beradu dengan aspal. Tendangan ushirogeri (tendangan belakang dengan menggunakan tumit) Vera menghujam perut Very dengan tumitnya.(hal 25)

Cuplikan lain juga terlihat pada:

Vera nggak bisa menahan diri. Wajah Very terlihat sebaik dan sepenyayang aslinya. Kelewat baik, malah. Grrr…. Vera berperang batin. Dia tahu, begitu kepalanya bersandar ke bahu Very, dia akan berubah jadi cewek cengeng ala melodrama televisi. Keterlaluan! Ngapain juga belajar karate, coba, kalo keluarnya malah jadi lembek gini. HARUSNYA KAN GUE LEBIH STRONG!!!.(hal 22)


Very gak heran dengan sikap Vera yang suka berubah-ubah. Memang sudah habit-nya Vera begitu. Mood-mood-an. Kadang hepi, kadang sedih. Sekarang baek, tiba-tiba galak. Untungnya Very kenal Vera sejak mereka masih setinggi pohon bonsai.(hal 59)


HUAAHHH!!” Vera bangkit, dia tak tahan lagi. Jordan terkesiap, dan
“WATAAAAA!!!” teriakan itu terdengar menyeramkan.
BUG!
Vera memberikan tendangan front kick yang langsung menghujam perut Jordan.(hal 136)


Soal kata cinta Vera sedikit pelit. Untuk ini, Vera punya cara yang sedikit unik. Dia mengatakannya sambil makan stoberi.
“Luv you berry much… nyam… nyam… nyam… Very berry Much.”(hal 201)


Tokoh Vera dalam novel tersebut adalah seorang gadis cantik yang juga cukup galak, tokoh Vera juga jago dalam karate seperti terlihat pada cuplikan halaman 25 dan 136. Selain itu pada cuplikan novel halaman 201 di atas menyebutkan bahwa tokoh Vera sangat pemalu dalam mengungkapkan perasaan kepada kekasih hatinya.

• Tokoh Very dalam novel tersebut tampan, pintar, penyayang, sederhana, perhatian, berwajah melankolis, sangat setia, kelewat baik hati, suka menolong. Hal ini terlihat pada beberapa cuplikan berikut:

“Gue gak selingkuh, Ve. Itu suara cewek yang gue bantuin buka central lock-nya. Bayangin, kuncinya ketinggalan di dalam mbil sementara mesin masih idup. Kalo bukan gue yang bantuin siapa lagi?”(hal 18)


Very sih tampangnya lumayan, enak dilihat. Tapi tetep aja Vera sebel, keseringan diledek bukannya tambah deket, malah saling menutup diri.(hal 22)


Vera nggak bisa menahan diri. Wajah Very terlihat sebaik dan sepenyayang aslinya. Kelewat baik, malah. Grrr…. Vera berperang batin. Dia tahu, begitu kepalanya bersandar ke bahu Very, dia akan berubah jadi cewek cengeng ala melodrama televisi. Keterlaluan!(hal 22)


“Salah sendiri!!! Siapa suruh jadi orang kelewat baek-kelewat goblok! GUE BOSEENNN!!!”(hal 25)


“Gue anterin elo pulang ya, Ve. Bahaya banyak orang jahat”
Sebelum Vera mendengar seluruh ucapan Very, dia udah cabut duluan dan ninggalin cowok itu di belakang. Very menyusul Vera dan meraih bahunya.(hal 25)


“Gue bosen pacaran sama elo! ELO kelewat BAEK. Dan, KELEWAT BAEK itu GAK BAEK! KITA PUTUS AJAAAAAHHH….!”(hal 26)


Bahkan bagi-bagi undangan, Very gak gengsian pake sepeda yang biasa dipake Dulloh buat nganterin rantangan. Doi low profile banget! Beda sama cowok-cowok sekolah Vera yang sok tajir. Very tuh kayak mutiara dalam lumpur, ceilah. Very juga cepet banget ngrespon SMS Vera. Dan, perhatiannya itu loooh…! Satu lagi, walaupun Very sendiri ngirit, doi gak pelit!(hal 29)

Di balik wajah inosen imut-imutnya, Very juga baik orangnya. Kebaikan Very itulah yang pertama kali memikat hati Vera.(hal 28)


Sifat baik Very nggak bikin Vera terpukau. Yang ada tuh, dia kesal ngeliatnya. Tapi… diputusin juga Vera nggak sampai hati. Very setia banget. Baik lagi. Itu dia masalahnya.(hal 29)


“Very. Anak IPA. Very baek-gak tau? Very yang menang lomba fisika lawan SMA Berbakti minggu lalu.” Informasi beneran komplit.
“Ohhh…, pacarnya?” Semangat penakluk Jordan tergelitik. “Jago fisika? Wah, hebat. Anaknya sweet kok. Pinter juga Very.”(hal 53)


“Kamu tolongin Ibu sampulin buku-buku, yah? Kamu gak ada kerjaan, kan? Tolong ya, Ibu tinggal rapat sebentar.”
“Hah?”
“Sebentaaar saja.”
“Yeee…”
Terbayang wajah ngambek Vera. Very meraih ponsel. Terdengar nada putus. Dia melirik jam tangannya. Nasib, nasib. Telat setengah jam…(hal 70 )


Makasih, kata Very, tanpa mengangkat kepala. Dia pura-pura sibuk menepuk-nepuk celana seragamnya yang berdebu, tapi sebenarnya dia tidak berani memperlihatkan wajahnya pada Priti-dan semua orang di sekolah ini gara-gara kejadian tadi. MAU DITAROH DI MANA MUKA GUEE?!?! Hatinya berteriak penuh kesedihan. Rasanya gue mau nagis, hiks, batin Very sensi. Yes, melankolis tak hanya manjadi tampangnya, tapi juga menjadi sifatnya. Salah satu sifat yang dibenci Vera selain sifat ‘kelewat baik’-nya.(hal 99)


Very berlari-lari menghampiri ketiganya. Wajahya sumringah, senyumnya manis menghias bibirnya. Diam-diam Vera baru sadar senyum manis Very dan ketulusan hatinya yang mengagunkan.(hal 198)


“Sumpah, Pak… Saya tuh gak nyolong. Saya pelajar, saya rangking, saya anak baek-baek. Boleh dicek. Saya tuh hanya nolongin…”
“Pak, saya kan audah bilang tiga puluh kali, saya gak nyolong… Wong saya bawa duit kok. Saya kan nolongin, itu orang ayamnya jatuh. Saya ambil, saya uber, mau saya balikin.”(hal 160)

Dari cuplikan diatas dapat disimpulkan bahwasanya tokoh Very memiliki wajah yang tampan, setia, penyayang, perhatian terhadap pacarnya, juga penolong seperti terlihat pada halaman 17, 70 dan pada halaman 25, 160 ditunjukkan bahwa tokoh Very memiliki sifat teramat baik, bahkan kelewat baik sampai-sampai pencuri pun ditolong olehnya.

2. Tokoh Tambahan
Tokoh tambahan disini adalah Jordan, Susi, Harry, Tina, dan juga Yanto. Berikut pemaparannya:
Tokoh Jordan disini adalah cowok populer disekolah, tampan, keren, banyak yang tergila-gila padanya. Selain itu, dia termasuk cowok buaya darat(bad boy), play boy, jorok, suka gerayangan. Hal ini dapat diamati dari cuplikan novel berikut:

God...ke mana mata gue selama ini? Vera mengutuk diri. Oh, dia playboy. But jordan is so cute. Omigod, jarak mereka begitu dekat! Kunag-kunang memenuhi alam semesta....Dan Jordan wangi. Hhhfff... indahnya, ini parfum asli-bukan bensin!(hal 46)


SIAPA PUN di pelosok sekolah ini tau kalau Jordan seorang bad boy. Dia playboy. Herannya, masih banyak juga yang tergila-gila padanya. Katanya, keren pacaran sama cowok populer.(hal 49)


”Elo pelit kata cinta sih... Ngapain mesti gengsi sih kalo memang elo sayang sama Very. Jordan udah jelas-jelas tau elo punya pacar tapi masih ngedeketin elo, itu udah jelas-jelas bukti cowok mental sandal, ” cecar Priti.(hal 67)




”Gue ke toilet dulu. Tunggu sebentar, oke?” Kata Jordan sebelum berlalu.
Vera menghabiskan jus jeruk dan duduk penuh sahaja. Gue kudu kelihatan femini...hihihi.
”Mbak...” seorang waitress datang menyerahkan bon makan.
”???” Vera kebingungan. Waitress menunggu. Oh, mungkin nih orang tau kita udah makan. Tapi kok gak sopan amat ya?
Vera membuka dompet dan membayar bill. Mahal amat, cuman makan beginian. Gue kan belom kerja... Ke mana sih Jordan. Masa gue nungguin sampai dia balik? Itungan amat gue jadi cewek. Bisa rusak imej gue.(hal 73)


Jordan adalah magnet. Siapa pun yang berhubungan dengannya akan menarik perhatian. Vera sangat menikmati pengakuan dadakan ini. Vera mendadak beken. Dia populer. Dia merasa keren, merasa diperhatikan, merasa penting. Apa yang memberinya semua ini? Jordan. Bukan Very.(hal 102)


”Paket 2 dan....(hei) paket 3. (masa gue yang bayar lagi? Ke mana si Jordan?)”
”Lima puluh delapan ribu.”
”Grr...”
Jordan memesan, Vera yang bayar.(hal 115)


Vera beralih melihat koleksi Jordan. Sebua gitar akustik di sudut kamar, DVD limited edition untuk episode film tertentu, beberapa majalah vulgar, baju-baju yang ditaruh seadaya. Kamar kacau balau. Bekas botol minuman, rokok, permen hingga cemilan entah sudah berapa hari lamanya, teronggok begitu saja. Terlihat dari piring yang menguning dan asbak yan penuh putung rokok.
Vera jijik. Beda banget dengan kamar Very yang rapi, bersih, dan wangi. Ternyata parfum adalah andalan Jordan. Tipe cowok kayak gini, kalo gak di-support parfum, pasti gengsinya melorot entah ke mana. Abis kamarnya bau, Vera yakin, karena begitu dia keluar kamar yang menempel di bajunya adalah bau rokok. (hal 121)


”Ya karena elo punya doi.... makanya gue rela nunggu. Gue udah nunggu elo selama ini”. Jordan menghamprinya, kembali memeluk pinggangnya. Kali ini lebih erat.
Jordan membalikkan tubuh Vera, menguncinya dengan pelukan mesra. Mereka saling bertatapan.
Vera resah.

”Ngg.... elo udah kelar? Jalan yuk, gue ada acara ke-keluarga.” (hal 122)


Melihat wajah Jodan sengit, Jordan buru-buru meralat, ”Buat kissing aja susah amat.”
Vera berbalik menghampiri Jordan. Vera tersinggung dibilang begitu. ”Lo pikir gue apaan seenaknya bisa elo kiss kapan elo mau?”(hal 123)


Dua jam doang kok... Kalo gak nonton sama elo, masa gue nonton sendiri?”
”Ya udah, mana duitnya. Masa gue bayar mulu?” tembak Vera langsung.
Jordan blingsatan. Dia sok mengganti CD lagu.
”Itungan banget sih lo jadi pacar? Jordan akhirnya membela diri. Gue aja gak itungan anter jemput lo tiap hari, bensin mahal tau. Elo kalo kesel sama orang jangan timpain ke gue dong!”
Vera cemberut. Keren tapi bokek. Grr...(hal 131)


Kelembutannya sedikit banyak membuat Vera terbuai. Jordan romantis banget. Vera merasa dimanja. Kalo udah begini, Jordan kayak Very.
”Elo dingin, Hon?” Jordan mengelus tangannya lembut. ”Mestinya tadi bawa jaket.”
”Elo mo nonton gak bilang-bilang sih. Mana gue tau....”
”Ya udah sini...” Jordan merapatkan tubuhnya. Harum parfum Jordan membangkitkan sensasi. Jordan wangi, batin Vera. Parfum apa aja jadi maskulin kalo disemprot ke Jordan.(hal 133)


”Kalo dempetan begini, hangat kan? Kamu gak akan kedinginan,” Jordan mengusap-usap lengan Vera. Sesekali, dia mencubit lengan Vera, ”Gue gemes sama elo, Ve,” bisiknya.(hal 134)


”Masih dingin, Ve?” Tanyanya lagi, mengusap-usap lengan Vera. Vera spontan menarik diri menjauh, tapi Jordan menahan. ”Sini, deket-deket sama gue.”(hal 134)


”Filmnya bagus yahh...,” bisik Jordan di telinga.
Gatel amat si Jordan? Grr...
”Nonton dong, please...,” keluh Vera geram. Very gak pernah kayak gini.
”Tangan elo lembut banget.” Tangan gerayangannya beralih ke paha. Mencubit paha Vera.(hal 135)


”Sstt...kita kan pacaran.” Jordan memegang tangan Vera lagi, menarik tubuhnya agar merapat. Vera makin sebal. Dia makin gak bisa konsentrasi.
Very gak pernah ngelaba di ruangan segini gelap... Oh my! Segini rame aja Jordan gatel begini, apalagi kalo cuman berdua?
”Elo seksi deh, Ve. Elo suka fitness ya?”
Cup. Dia mencium Vera!(hal 137)


”Mending elo pergi deh Jo, gak usah gangguin kita.” Priti buru-buru memotong, ”kayak yang gue bilang tadi, mending elo cari cewekyang sudi elo raba-raba tiap kali nonton, tiap kali nyetir, tiap kali elo berakting rumah elo gak ada orang, tiap kali elo minta ditemenin fitting baju di kamar ganti....” Wajah Priti memerah, ”mending kalo elo modal jadi cowok. Jangan elo pikir elo keren, trus bisa seenaknya minta dimodalin cewek setiap kali makan, nonton, belanja... sok gak ada duit kecil, jadi bisa pake duit cewek dulu buat talangin belanjaan elo emang sih gak seberapa, tapi karena gak seberapa... elo bener-bener SUCKS!”(hal 188)


BERAPA KALI ELO MAKAN SAMA CEWEK TRUS DIBAYARIN DENGAN LAGAK KE TOILET!! HEI, ELO CEWEK-CEWEK PENGGEMAR JORDAN, PERNAH NGALAMIN HAL BEGINI? ELO PIKIR ELO KEREN, GANTENG BISA SEENAKNYA MOROTIN CEWEK?! SHAME ON YOU!” bentak Priti.(hal 189)


Hmm, mungkin ada aja sih, tapi nggak banyak, hanya cewek-cewek khilaf yang dibutakan tampang ganteng aja yang mau terlibat sama cowok bereputasi ’ternoda’ macam Jordan.(hal 190)


”Mending elo cari cewek selevel yang pikirannya juga ngeres kayak otak elo, dan gue yakin cewek-cewek di sini...” Priti menebarkan ke semua yang berkerumunan, ”GAK BAKALAN SUDI DIGERAYANGIN SAMA ELO! ELO TUH BENER-BENER BIKIN MALU KAUM COWOK! Mampus aja deh lo!” teriak Priti lantang.(hal 188).


Dari cuplikan diatas dapat dikemukakan bahwa tokoh Jordan merupakan tokoh tambahan, dimana Jordan disini adalah seorang play boy, selain itu dia juga pelit yang terlihat pada cuplikan halaman 73, 115, 131, 188. Jordan juga suka gerayangan kepada pacarnya seperti terlihat pada halaman 122, 123, 133, 134, 135, 137, dan 188. Selain itu dia teramat jorok, kamar tidurnya bau, banyak terdapat bekas makanan yang dia makan.

Tokoh Susi dalam novel tersebut adalah mama dari tokoh Vera. Susi sangat rajin, perhatian terhadap keluarganya dan merupakan seorang ibu rumah tangga idaman. Selain itu, dia juga hobi memasak, dan juga menata ruangan. Hal ini terlihat dalam cuplikan novel berikut:

Very memang baik. Produk unggul banget. Bingung juga sih, kok Very bisa super baek padahal bonyoknya: Tante Tina dan Om Yanto kan bawelnya minta ampun. Apalagi tante Tina, ugh....Judesnya buset.(hal 29)


Sekali lihat langsung ketahuan kalo empunya rumah adalah tipikal ibu rumah tangga idaman. Susi, mama Vera memang rajin mengurus rumah. Dia hobi masak. Karena atas dasar hobi masak itulah, Susi membuka katering kecil-kecilan di rumah. Kebetulan halaman belakang rumah Vera punya tanah sisa, jadi dibikinlah dapur ekstra buat acara masak-memasak. Belakangan, bisnis rantangan makin menggiurkan. Ditambah slogan ’istri jaman sekarang gak harus bisa masak dan gak harus masak’, jadilah bisnis rantangan Susi semakin berkembang.(hal 31)


Maklum, sekarang jamannya suami takut istri. Beruntung, Susi istri yang pengertian.(hal 32)


Susi sedang menyiapkan sarapan pagi dan menatanya dengan cantik di meja makan. Harum bunga mawar hasil petikan dari taman menambah apik tatanan meja makan. Terkadang Susi kelewat rajin. Kalau ada tamu, pasti dikira baru abis pesta saking demennya menata-nata.(hal 32)


Harry, papa Vera mengamati puterinya tanpa berkedip. Susi mengikuti langkah putrinya itu dengan penuh tanda tanya.
“Tadi Very nyariin kamu. Ponsel kamu juga gak aktif. Laen kali diperhatikan, Ve. Mama-Papa khawatir,” kata Susi.(hal 86)
Terlihat pada beberapa cuplikan di atas, tokoh Susi termasuk ibu rumah tangga idaman, dia sangat perhatian terhadap keluarganya, selain itu dia juga jago masak dan beres-beres rumah.

Tokoh Harry dalam novel tersebut adalah papa dari tokoh Vera. Harry sangat perhatian dengan keluarganya, tegas, suka bercanda dan juga doyan makan. Hal ini terlihat pada cuplikan berikut:

Betapa beruntungnya Papa Vera, mama demen masak tapi gak doyan makan. Alasannya mungkin karena die-kebalikannya papa.(hal 32)


“Dari mana saja Vera?” Tanya papa
“Pergi ke mall,” jawab Vera tanpa semangat.
Harry, papa Vera mengamati puterinya tanpa berkedip. Susi mengikuti langkah putrinya itu dengan penuh tanda Tanya.
“Tadi Very nyariin kamu. Ponsel kamu juga gak aktif. Laen kali diperhatikan, Ve. Mama-Papa khawatir,” kata Susi
“Kamu ke mana aja malam begini baru pulang? Sama siapa?” Tanya Harry curiga.
Wajah Vera lesu. Sesuatu mengganjal, sesuatu tak rela tapi tak berdaya dihindarinya.
“Sama temen.” Susi dan Harry saling berpandangan.
“Vera capek banget, Pa. vera mau tidur.”
“Kamu sudah makan?”
“Udah….”(hal 86)


“Mbak Vera ngapain, Pa?” Tanya Lulu yang tiba-tiba nongol di depan pintu kamar tidur. “Kok mbak Vera nangis?”
“Kamu lagi ngerjain PR, kan? Sini sama papa saja,” ajak Harry ke ruang tengah.(hal 139)


“Buat apa nih? Anak papa rajin deh,” ledek Harry. Dia menjumput buncis ‘bibir’ dan menggigitnya.
Kres… kress…
“Aduh, papa, jangan dong…,” hardik Vera panic.
“Ya, senyumnya ilang deh. Papa, ah!” Vera cemberut. “Maaa…” Vera mengadu. Susi hanya tersenyum.
“Lho bukan buat papa toh?” Harry berlagak pilon. “Kirain dibikinin mama. Kan mama juga sering bikin ya, Ma?”(hal 143)

Tokoh Harry dalam novel tersebut sangat bijaksana, penyayang, suka jail pada anak-anaknya.

Tokoh Tina dalam novel ini adalah mama tokoh Very. Dia memiliki watak perhatian, penyayang, galak, kritis, bawel, selalu ikut campur, suka mengancam. Hal ini terlihat pada cuplikan berikut :

”Kamu kenapa, sayang?” tanya Tina cemas. ”Sakit?” Tina memegang kening Very. Suhu normal. ”Kenapa?”
”Maag,” gumam Very merintih
”Maag? Kamu gak makan? Kamu kemarin ada makan siang? Gak makan di tempat Vera,” tanyanya.(hal 145)


”Kamu gak usah sekolah aja ya, sayang.” Tina mengelus rambut tebal Very. ”Nanti mama teleponin wali kelas kamu. Surat sakit nyusul. Mm, anak mama paling guanteng sedunia,” pujinya. Yanto mencibir(hal 148)


”Cup,cup.” Tina mengecup Very penuh rasa sayang. ”Anak mama paling baek sedunia. Inget pesen-pesen mama, kalo abis makan yang panas jangan langsung minum air dingin, gak baek.”(hal 148)


”GAK MUNGKIN ANAK SAYA MALING AYAM! BAPAK JANGAN ASAL NUDUH, SAYA TUNTUT BAPAK!” Hardik Tina marah.(hal 163)


”SAYA TIDAK TERIMA!! INI PELECEHAN ATAS NAMA KELUARGAAA...!” pekik Tina histeris. Bacotnya membuat pecah gendang telinga, terdengar sampai ke luar kantor. Yang teriak hanya satu, tapi rasanya yang ngamuk itu satu kampung.(hal 164)

”POKOKNYA SAYA MAU ANAK SAYA VERY DIBEBASKAN SEKARANG JUGA!” suaranya melengking, nyaris akan memecahkan gelas kopi si atas meja.(hal 165)


Tina menggebrak meja, napasnyya tersengal-sengal. Yanto yang duduk di sampingnya sampai terloncat dari tempat duduk saking kagetnya.
”BAPAK PIKIR ANAK SAYA SERBA KEKURANGAN!! SAMPE-SAMPE MAU MALING, CUMAN AYAM LAGGIIE...” suaranya menggema diseluruh pelosok kantor.(hal 163)


”Rumah makannya itu di samping toko ayam itu, Pa” Kata Tina pada Yanto. ”Kasir kurang ajar, berani-beraninya mojokin anak kesayaganku, cari mati dia,” dumelnya.(hal 166)


”Sabar, Ma... sabar. Malu, dilihat orang satu pasar. MALU...” Yanto berusaha menahan tapi tak bisa. Kualitas suara Tina, dari pekika-pekikan histerisnya, cocok buat jadi rocker.(hal 166)


”BIAR SEMUA ORANG LIHAT, KALO MEREKA SALAH TANGKAP! Hhhh...hh...h...” Napasnya menggebu-gebu. Kerongkongannya serak. ”HHH...HH” kudu di-charge.(hal 166)


”Bener, kan? MAKANYA, BEBASIN SEKARANG!” teriak Tina tak sabar. ”Anak saya bisa sakit kalo begini terus. Dia punya penyakit maag. Saksi banyak gini, masih nunggu apa lagi?”(hal 168)


”Kamu jangan bela-bela dia deh.” Mata Tina berkilat-kilat penuh amarah. ”Mama telepon dia sekarang juga. Nggak, langsung ke mama aja. Biar Susi tahu gimana kelakuan anaknya itu.”(hal 169)

Dari cuplikan-cuplikan diatas jelas terlihat bahwa tokoh Tina memang sosok ibu yang penyayang dan pelindung bagi anaknya, namun selain itu, dia juga sangat galak serta judes.

Tokoh tambahan yang terakhir adalah tokoh Yanto yang merupakan ayah dari tokoh Very. Tokoh Yanto memiliki watak yang cerewet, tidak sabaran. Hal ini terlihat pada cuplikan novel berikut:

”Ma, udah siang nih!” Panggil Yanto di depan pintu. Dia ikutan masuk kamar. ”Mama tiap hari telat terus. Papa jadi ikutan telat,”(hal 146)


”Yang aneh itu kamu, Ma. Kamu mamanya, tapi hampir jarang sekali masak. Setaon sekali kita baru kebagian nyicipin masakan Mama yang uenak tenan itu, lho,” kata Yanto, menekankan pada kata ’wenak tenan’ untuk menyindir istrinya. ”Jadinya begini nih anak kita, sakit”(hal 146)


”Sabar, Ma... sabar. Malu, dilihat orang satu pasar. MALU...” Yanto berusaha menahan tapi tak bisa. Kualitas suara Tina, dari pekika-pekikan histerisnya, cocok buat jadi rocker.(hal 166)


Tokoh Yanto merupakan tokoh sederhana karena memiliki watak tertentu saja. Dia merupakan ayah yang tidak sabaran, terlalu cerewet sebagai takaran seorang ayah yang baik. Seperti terlihat pada halaman 146, 166 diatas.

3. Tokoh bulat adalah Priti
Tokoh Priti bersikap judes, baik hati, centil, manja, jaga perasaan dan perhatian terhadap teman. Selain itu karena sifatnya itu, tokoh Priti dalam novel ini digolongkan sebagai tokoh bulat karena tokoh Priti disini sering memberikan kejutan. Hal nampak dalam cuplikan novel berikut:

”Elo udah keluar bareng dia? Dia pasti tau dong elo udah punya pacar,” kata Priti, khawatir.(hal 65)


“Jordan? Penampilannya not bad. Gue suka penampilannya. Dia emang keren, emang cakep. Tapi sifatnya? Sori aja, gue mending megang Very”, kata Priti sinis.(hal 68)


“Elo tau, Ve…. Patah hati itu nyakitin banget. Gue udah dua taon patah hati, tapi rasanya seperti baru kemarin. Gue gak mau elo ngalamin nasib kayak gue. Jordan tuh persis mantan gue. Priti menelan ludah, kenangan pahit terpapar di depan matanya. “Sekali liat gue tau mereka sami mawon. Percaya gue, Ve. Patah hati itu gak enak.”(hal 68)


”Posisi gue laen, gue single. Elo enggak. Lagian gampangan amat sih lo sama Jordan, baru berapa hari aja, elo udah semaput begini. Kayak gak punya harga diri aja. Gatel amat jadi cewek,” kata Priti nggak kalah judesnya.(hal 90)


Priti menyodorkan tissu basah, sesuatu yang Very butuhkan selain kata-kata penghiburan yang dia janji akan berikan beberapa saat lagi.(hal 99)


Cewek masih banyak, Ver, kata Raymond, tapi matanya masih terarah ke Priti. Cewek itu malah manggut-manggut, seolah memberi dukungan.(hal 100)


”Masih sadar ya, elo punya teman yang namanya Priti? Udah deh, urusin aja cowok elo yang suka jelalatan itu.”(hal 128)


”Heeiii...!” Priti mendelik, ”Elo sendiri putus dari Very, langsung jalan sama Jordan? Elo yang lebih gak punya hati.”(hal 129)


”Ver, kita ikutin mobil Jordan yok,” ajak Priti antusias. ”Tenang deh, gue punya rencana. Pokoknya ikutin mereka, mereka mo ke mall. Udah ikutin aja!”(hal 113)


Sepanjang pelajaran, Vera gak konsen. Priti centil itu maen SMS diam-diam. Sesekali, dia cekikikan. Vera mengintip dari balik poni sampingnya.(hal 154)


Anak-anak segera menghampiri dan ikut saling merangkul keduanya. Suasana haru meliputi sekolah pagi itu. Mata Priti terasa merah menahan air mata yang akan tumpah.
”Mantan elo yang brengsek itu.... Jordan?”(hal 190)


”Kenapa nggak pernah cerita, Prit? Tanya Vera di dalam kelas. Jadi dia, Prit, yang bikin lo sampai nelangsa abis-abisan dulu itu. Coba lo cerita, gue bikin babak belur deh tuh cowok!”
Priti memaksakan diri tersenyum. ”Gue nggak mau nginget dia, Ve. Dia tuh bagian tergelap dalam kehidupan gue dan kayaknya gue nggak punnya cukup nyali buat ngebaginya sama elo. Ditambah lagi, gue sadar, Jordan nggak akan manfaatin gue abis-abisan kalo aja gue pake otak dikit aja. Nggak sekadar perasaab aja.”
Tangan Priti gemetar di dalam genggaman Vera. Cewek itu mulai menangis. ”Untung gue nggak terlibat terlalu jauh dengan cowok itu. Gue berhasil menjauh sebelum dia nyuri first kiss gue. Tapi tau nggak....dia malah nyium cewek lain di depan mata gue. Di depan mata gue, Ve!” Priti menangis terisak. ”Belum lagi, abis itu dia menghina-hina gue macem-macem. Gue nggak punya muka buat dateng ke sekolah dan ngadepin dia.”(hal 191)

Dari cuplikan diatas dapat dikemukakan bahwa Priti adalah kawan yang baik, dia sangat perhatian dengan sahabat-sahabatnya. Selain itu juga pada halaman 190 dan 191, dia memberikan informasi mengenai bagaimana sebenarnya hubungannya dengan Jordan beberapa tahun lalu dan membongkar semua watak dan perilaku Jordan yang sebenarnya di depan teman-temannya.

3.4. Plot atau Alur
Plot atau alur yang digunakan pada novel tersebut adalah alur campuran. Dimana alur tersebut menceritakan kejadian pada masa sekarang juga kejadian setelahnya. Hal ini didukung dengan cuplikan novel berikut:

Satu setengah jam yang lalu, 18.00 WIB
Very bersiul riang gembira. Dia memarkir mobil dan hendak melenggang masuk ke dalam mall. Hari ini dia tiba tepat waktu. Terbayang wajah cantik Vera yang lebih sering cemberut karena Very selalu telat.(hal 11)


Dua jam kemudian. 20.00 WIB
Very berlari-lari di mall. Dia tidak lagi peduli lagi dengan peluh yang membasahi tubuhnya. Panik! Jelas banget, melihat jamnya, dia amat sangat terlambat sekali.(hal 16)


Kasihan… kembali ke beberapa jam sebelumnya ya?
Cluk. Pintu central lock-nya terbuka.
“Horreeee!!!” Meisye jingkrak-jingkrak kegirangan “Kak Very hebat deh…. Pintunya kebuka….horeee…!”(hal 20)


Beberapa jam sebelumnya (lagi)…
Very berlari-lari ke parkiran. Dia menjinjing selang.
“Horee…, Kak Very baek deh. Kak Very ebat!!! Beli di mana selangnya? Oh, di supermarket yah?” Meisye menghela napas lega. “Bensin kakak cukup gak? Entar kakak mogok, lagi…”(hal 23)


“Gue sama Very memang pacaran, baru setaon. Kita kayak abang-adek, suka berantem. Banyak hal yang gak cocok. Gue cumin kasian aja kalo mutusin Very. Dia baek banget, siiiih…. Tapi kalo disuruh ngelanjutin hubungan ini, gue juga gak tau mesti gimana. Soalnya, semuanya udah basi,” curhat Vera semalam.(hal 66)


“Elo tau, Ve…. Patah hati itu nyakitin banget. Gue udah dua taon patah hati, tapi rasanya seperti baru kemarin. Gue gak mau elo ngalamin nasib kayak gue. Jordan tuh persis mantan gue. Priti menelan ludah, kenangan pahit terpapar di depan matanya.(hal 68)


Hari-hari selanjutnya, gosib Vera dan Jordan menjadi headline news di sekolah. Vera teramat bangga bisa menaklukan Jodan. Cewek-cewek populer sekolah aja dak mampu menaklukan Jorda, padahal mereka jauh lebih kece dan trendi dibanding dirinya.(hal 102)


”Kamu dulu waktu pacaran bilang aku bisa masak atau gak bukan masalah?” tina membawel, ”Kalo tau begini, mending aku gak usah teken kontrak kerja. Tahun kemarin kontrak habis ya habis.”(hal 147)


Dua jam kemudian, mereka kembali ke kantor polisi dengan membawa seksi untuk membebaskan Very.(hal 167)

Dari cuplikan tentang alur diatas dapat diketahui bahwa alur yang mendasari novel tersebut adalah menggunakan alur campuran, dari beberapa cuplikan novel diatas, banyak menyebutkan kejadian yang telah usai/telah berlalu. Dan ini membuktikan bahwa dalam novel ini memang alur yang dipakai adalah alur campuran.

3.5. Sudut Pandang
Di dalam novel ini sudut pandang yang dipakai adalah sudut pandang campuran. Dimana dalam sudut pandang campuran tersebut terdapat sudut pandang orang petama dan sudut pandang orang ketiga.
Dalam novel tersebut sudut pandang yang digunakan adalah sudut pandang persona pertama(aku), kemudian dibagi atas sudut pandang aku (tokoh utama) dan sudut pandang aku (tokoh tambahan). Yang termasuk sudut pandang persona pertama aku (tokoh utama) seperti terdapat pada kutipan novel berikut:

“Obat mata, satu.” Mata Vera semakin perih. “Jangan salah kasih ye, gue gak bisa liat nanti. Awas lo kalo sampe gue buta.” Sialan pak Jantor. Kalo gue sampe buta, gue tuntut lo. “Bayarnya entar ya, gue gak bisa liat apa-apa nih.”(hal 54)


“Gue sama Very memang pacaran, baru setaon. Kita kayak abang-adek, suka berantem. Banyak hal yang gak cocok. Gue cuman kasian aja kalo mutusin Very. Dia baek banget, siiiih…. Tapi kalo disuruh ngelanjutin hubungan ini, gue juga gak tau mesti gimana. Soalnya, semuanya udah basi,” curhat Vera semalam.(hal 66)


“Gue gak selingkuh, Ve. Itu suara cewek yang gue bantuin buka central lock-nya. Bayangin, kuncinya ketinggalan di dalam mobil sementara mesin masih idup. Kalo bukan gue yang bantuin siapa lagi?”(hal 18)


“Sumpah, Pak… Saya tuh gak nyolong. Saya pelajar, saya rangking, saya anak baek-baek. Boleh dicek. Saya tuh hanya nolongin…”
“Pak, saya kan sudah bilang tiga puluh kali, saya gak nyolong… Wong saya bawa duit kok. Saya kan nolongin, itu orang ayamnya jatuh. Saya ambil, saya uber, mau saya balikin.”(hal 160)

Pada halaman 54 dan 66, kata gue yang diucapkan tokoh utama(Vera) dan pada halaman 18 dan 160, kata gue yang diucapkan tokoh utama(Very) adalah termasuk ke dalam sudut pandang persona pertama aku(tokoh utama) karena yang mengucapkan kata gue adalah tokoh utama sendiri.

Dan yang termasuk sudut pandang persona pertama aku (tokoh tambahan) seperti terdapat pada kutipan novel berikut:

”Kalo dempetan begini, hangat kan? Kamu gak akan kedinginan,” Jordan mengusap-usap lengan Vera. Sesekali, dia mencubit lengan Vera, ”Gue gemes sama elo, Ve,” bisiknya.(hal 134)


Cuplikan lain juga terlihat pada:

”Masih dingin, Ve?” Tanyanya lagi, mengusap-usap lengan Vera. Vera spontan menarik diri menjauh, tapi Jordan menahan. ”Sini, deket-deket sama gue.”(hal 134)

Tokoh Jordan merupakan tokoh tambahan, dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa sudut pandang yang dipakai tokoh tambahan yaitu kata “gue” seperti terlihat pada halaman 134 termasuk ke dalam sudut pandang persona pertama (aku) tokoh tambahan karena yang melontarkan ucapan tersebut adalah merupakan tokoh tambahan sehingga kata “gue” dimasukkan ke dalam sudut pandang persona pertama (aku) tokoh tambahan.

Dan yang termasuk sudut pandang orang ketiga yang dipakai dalam novel tersebut adalah sudut pandang orang ketiga “dia”(mahatahu) seperti nampak pada cuplikan novel berikut:

Very melirik jam tangan. Lima belas menit lagi film dimulai. Very ingat janjinya pada Vera, tapi dia tak tega meninggalka Meisye seorang diri. Gimana nih…. Batinnya serba salah.(hal 21)


Vera menutup telinganya. Dia sengaja nggak ngelirik cowok itu, karena tahu bakal seperti apa dia nanti begitu melihat wajah Very yang penuh penyesalan. Tangannya mengepal kuat, geram abis tentunya.(hal 21)


Vera meletakkan tangan kananya di dada Jordan, berusaha tetap menjaga sebatas sikunyalah kedekatan Jordan dan dirinya. Nggak boleh lebih. Sementara itu, tangan kirinya menyelip ke lengan Jordan di pinggangnya, berusaha melepaskan diri. Sebenarnya dia bisa saja menonjok Jordan dan melumpuhkannya dalam hitungan detik. Bekal bela diri yang dia punya bisa bikin preman babak belur, apalagi cowok seperti Jordan. Kecil! Tapi masalahnya, kekuatannya itu tidak bisa menyaingi gemetar di sekujur tubuh. Ada dilema dalam dirinya. Di satu sisi, sentuhan Jordan terasa membakar tubuhnya, di sisi lain Vera takut (hal 122)

Dalam hal ini, sudut pandang orang ketiga “dia”(mahatahu) mengetahui barbagai hal tentang tokoh, peristiwa, dan tindakan, termasuk motivasi yang melatarbelakangi tokoh-tokoh dalam novel tersebut.

3.6. Gaya Bahasa
Dalam novel ini, pengarang menggambarkan perasaan dan pikirannya melalui gaya bahasa. Banyak terlihat gaya bahasa pada novel ini. Seperti tampak pada cuplikan novel berikut:

”Elo katanya udah sejam lalu udah di dalem mall. Manaaa! Sampe sekarang belom sampe bioskop! ELO MELATA APA JALANNYA?!” seru Vera marah. Suara yang galak dan keras menyentak pasangan ngantuk di sampingnya.(hal 4)


”Bapak sudah membuat kita malu hari in,” ketanya dengan suara tertahan, kegeramannya terseip. Slamet bingung campur bingung(artinya bener-bener super bingung). KITA GAK TERIMA!!” serunya tiba-tiba. Mestinya ekspresi gue udah kayah di film-film laga...GRR.(hal 8)


Rasanya hari-hari indah banget ya? Kok gue jadi melankolis? Vera mengambil sehelai kertas, menulis-nulis iseng.
Siang panas membakar,,, tulisnya. Keteduhan matanya bagaikan sepasang rembulan....
Eh? Sepasang? Gue kok jadi sentimentil begini....bah! kenapa puisi selalu identik dengan orang yang lagi in love atau patah hati?(hal 61)


”Posisi gue laen, gue single. Elo enggak. Lagian gampangan amat sih lo sama Jordan, baru berapa hari aja, elo udah semaput begini. Kayak gak punya harga diri aja. Gatel amat jadi cewek,” kata Priti nggak kalah judesnya.(hal 90)

”Yang aneh itu kamu, Ma. Kamu mamanya, tapi hampir jarang sekali masak. Setaon sekali kita baru kebagian nyicipin masakan Mama yang uenak tenan itu, lho,” kata Yanto, menekankan pada kata ’wenak tenan’ untuk menyindir istrinya. ”Jadinya begini nih anak kita, sakit”(hal 146)
Tina menggebrak meja, napasnya tersenggal-senggal. Yanto yang duduk di sampingnya sampai terloncat dari tempat duduk saking kagetnya.(hal 163)


”SAYA TIDAK TERIMA!! INI PELECEHAN ATAS NAMA KELUARGAAA...!” pekik Tina histeris. Bacotnya membuat pecah gendang telinga, terdengar sampai ke luar kantor. Yang teriak hanya satu, tapi rasanya yang ngamuk itu satu kampung.(hal 164)


Tina menggebrak meja sekali lagi. Yanto terlompat dari tempat duduknya. Dia melotot shock. Busyet....Yanto baru sadar kekuatan terpendam Tina yang sebenarnya. Rahasia apa yang masih disembunyikan Tina darinya? Bekas murid perguruan shaolin.(hal 165)


Bener, Pak. Ini anak kemarin makan di warung saya. Ya, saya inget banget ...Soalnya, abis makan dia ngeberesin piringnya sendiri, di taruh ditempat cuci. Kalo gak ditahan, piringaya juga hampir dicuci sendiri,” kata Ani, pemilik restoran pada Pak Syaiful. Telinga Tina mekar saking bangganya.(hal 167)


”Eh, keren amat lo hari in? Baru semua nih? Ck, ck, ck... pake jaket segala, lagi. Siang bolong panas terik begini pake jaket? Idiiih... apa ni, sejak kapan elo pake rantai? Busyet, gak keberatan tuh rantainya?” Priti menunduk, matanya melotot ngeliat barang cling lainnya di kaki Very. ”Waaah, sepatunya baru juga? Baru menang loter, mas? Royal amat.”(hal 196)

Dari beberapa gaya bahasa di atas masing-masing memiliki gaya bahasa yang berbeda. Pada halaman 146, gaya bahasa yang dipakai adalah ironi, dimana gaya bahasa tersebut menyindir dan mennyembunyikan fakta yang sebenarnya pada tokoh Tina. Halaman 163, 165, dan 196 menggunakan gaya bahasa hiperbola yang melebih-lebihkan kenyataan sehingga kenyataan tersebut menjadi tidak masuk akal. Halaman 90 gaya bahasa yang dipakai adalah sarkasme yang menyindir langsung pada tokoh dan kasar. Halaman 8 gaya bahasaya adalah pleonasme, dimana keterangan di atas sudah jelas namun ditambahkan keterangan yang tidak diperlukan. Halaman 4 gaya bahsa yang dipakai adalah ekskalamasio yaitu ungkapan yang digunakan dengan menggunakan kata-kata seru. Dan pada halaman 61 gaya bahasa yang dipakai adalah simile uangkapa yang dipakai disini adalah kata bagaikan.


BAB IV
PENUTUP

4.1. Simpulan
Dari analisis novel diatas, dapat saya simpulkan :
1. Tema
Tema yang diangkat dalam novel Luv You Berry Much adalah mengisahkan tentang perselingkuhan seorang anak remaja. Hal ini terlihat pada cuplikan:

Masalahnya, minta putus ke Very entah kenapa buat Vera agak…. kejam. Secara orangnya baik gitu ya? Tapi kalo diterusin…..
“Hmmm, gue punya ide,” pikir Vera senang. Apa gue selingkuh aja ya?

2. Setting atau Latar
Setting atau latar novel tersebut dibagi atas 3 latar, yaitu latar tempat, latar waktu dan latar sosial. Hal tersebut dapat diamati berdasarkan cuplikan novel berikut:

Bioskop, 19.30 WIB
Hari senin yang menyenangkan untuk nonton hemat. Momen hemat ini dimanfaatkan para insan bercinta untuk nonton tanpa menguras kocek. Lumayan, sisa duit bisa buat beli cemilan. Mau praktis beli di kantin bioskop, mau murah ya turun dulu ke supermarket.


Satu setengah jam yang lalu, 18.00 WIB. Very bersiul riang gembira. Dia memarkir mobil dan hendak melenggang masuk ke dalam mall. Hari ini dia datang tepat waktu. Terbayang wajah cantik Vera yang lebih sering cemberut karena Very selalu telat. (hal 11)


“Gue gak selingkuh, Ve. Itu suara cewek yang gue bantuin buka central lock-nya. Bayangin, kuncinya ketinggalan di dalam mobil sementara mesin masih idup. Kalo bukan gue yang bantuin siapa lagi?”(hal 18)

3. Penokohan
Hasil penganalisisan tersebut dapat pula kita ketahui setiap perwatakan tokoh-tokoh dalam novel tersebut, seperti tokoh utamanya yaitu Vera yang mempunyai watak sangat galak, dan Very baik hati, penolong, tokoh tambahannya yaitu Susi, Harry, Tina, Yanto, yang memiliki watak berbeda-beda. Dan terakhir tokoh bulat adalah Priti yang judes namun baik hati yang memberi kejutan. Semua itu dapat diamati dari beberapa cuplikan tokoh berikut:
 Tokoh utama
Vera nggak bisa menahan diri. Wajah Very terlihat sebaik dan sepenyayang aslinya. Kelewat baik, malah. Grrr…. Vera berperang batin. Dia tahu, begitu kepalanya bersandar ke bahu Very, dia akan berubah jadi cewek cengeng ala melodrama televisi. Keterlaluan!(hal 22)

 Tokoh tambahan
”Sabar, Ma... sabar. Malu, dilihat orang satu pasar. MALU...” Yanto berusaha menahan tapi tak bisa. Kualitas suara Tina, dari pekika-pekikan histerisnya, cocok buat jadi rocker.(hal 166)

 Tokoh bulat
”Kenapa nggak pernah cerita, Prit? Tanya Vera di dalam kelas. Jadi dia, Prit, yang bikin lo sampai nelangsa abis-abisan dulu itu. Coba lo cerita, gue bikin babak belur deh tuh cowok!”
Priti memaksakan diri tersenyum. ”Gue nggak mau nginget dia, Ve. Dia tuh bagian tergelap dalam kehidupan gue dan kayaknya gue nggak punnya cukup nyali buat ngebaginya sama elo. Ditambah lagi, gue sadar, Jordan nggak akan manfaatin gue abis-abisan kalo aja gue pake otak dikit aja. Nggak sekadar perasaan aja.” (hal 191)

4. Plot atau Alur
Dan yang terakhir adalah alur novel tersebut adalah menggunakan alur campuran, yang diceritakan secara acak dari masa sekarang, maupun yang telah berlalu. Hal ini terlihat dari cuplikan berikut:

Kasihan… kembali ke beberapa jam sebelumnya ya?
Cluk. Pintu central lock-nya terbuka.
“Horreeee!!!” Meisye jingkrak-jingkrak kegirangan “Kak Very hebat deh…. Pintunya kebuka….horeee…!”(hal 20)




5. Sudut Pandang
Sudut padang yang dipakai pada novel ini adalah sudut pandang campuran. Hal ini terlihat pada cuplikan novel berikut:

“Jangan disamain gitu dong, Prit. Gue bosen tiap kali diapelin, orangnya telat terus. Gue bosen diduain. Gue muak denger alas an-alasan dia dan harus maklum bahkan maafin dia. BOSEN TAU! Gue …gue mikir semaleman, gue pengen putus aja sama Very.” Keluh Vera.

6. Gaya Bahasa
Novel ini banyak terdapat gaya bahasa yang dipakai disini seperti ironi, hiperbola dan lai -lain. Hal ini terlihat pada cuplikan novel berikut:

”Yang aneh itu kamu, Ma. Kamu mamanya, tapi hampir jarang sekali masak. Setaon sekali kita baru kebagian nyicipin masakan Mama yang uenak tenan itu, lho,” kata Yanto, menekankan pada kata ’wenak tenan’ untuk menyindir istrinya. ”Jadinya begini nih anak kita, sakit”(hal 146)


Tina menggebrak meja sekali lagi. Yanto terlompat dari tempat duduknya. Dia melotot shock. Busyet....Yanto baru sadar kekuatan terpendam Tina yang sebenarnya. Rahasia apa yang masih disembunyikan Tina darinya? Bekas murid perguruan shaolin.(hal 165)


DAFTAR PUSTAKA

Abrams, M.H. 1981. A Glossary of Literary Terms. New York: Holt, Rinehart and Winston.
Aminuddin. 2000. Pengantar Apresiasi karya sastra. Bandung. Algasindo
Foster, E.M. 1970. Aspect of the Novels. Harmondswort: Penguin Book.
Hardiwidjaja, Yennie. 2007. Luv You Berry Much. Jakarta. Gagas media.
Hartoko, Dick dan B. rahmanto. 1986. Pemandu di Dunia sastra. Yogyakarta: Kanisius
Jones, Edward H. 1968. Outlines of Literatur: Short Stories, Novels, and Poems. New York: The Macmillan Company
Sudjiman, Panuti. 1986. Kamus Istilah Sastra. Padang : Angkasa Raya.
Tim prima pena. 2004. Kamus Lengap Bahasa Indonesia. Gitamedia press.
(http://id.shvoong.com/humanities/linguistics/2043784-pengertian-sudut-pandang/)


Lampiran 1
SINOPSIS

Cerita dalam novel ini berawal dari seorang gadis cantik yang bernama Vera yang telah bosan dengan sikap pacarnya yang sering menomorduakannya. Sikap yang baik hati dan suka menolong dari Very membuatnya gerah dan tak ingin di nomorduakan oleh pacarnya itu, akibat sikap Very yang terlalu baik itu membuat Vera mencari pengganti Very yang tak lain adalah Jordan. Jordan adalah cowok beken sekaligus play boy yang digrandrumi para cewek disekolah mereka.
Pertemuan Vera dan Jordan diawali tanpa kesengajaan di taman sekolah, bola basket yang Jordan pegang terlempar dan mengenai Vera. Dari sanalah mereka kemudian dekat dan menjalin hubungan tanpa sepengetahuan Very. Priti teman sekelas sekaligus sahabat karib Vera berubah memusuhi Vera karena sikap Vera yang telah egois melupakan Very dan menjalin hubungan dengan Jordan yang tak lain adalah mantan pacar Priti sendiri. Karena suatu kejadian sikap Jordan yang tidak hanya playboy tetapi juga pelit dan juga suka gerayangan, akhirnya Vera dan Jordan putus. Vera menyesali perbuatannya, dan memperbaiki sifat-sifatnya dan kembali pada Very.


Lampiran 2
BIOGRAFI PENGARANG

Yennie Hardiwidjaja Lahir di Pangkalpinang 7 Maret 1976. Seorang Desainer Grafis, alumni Trisakti Fakultas Seni Rupa dan Desain. Tergila-gila pada Mermaid, suka menghayal, suka menggambar, menulis prosa, dan puisi. Novel lainnya adalah Miss Jutek, To Love, novel Adaptasi Hantu Jeruk Purut dan Cinta Peri Danau Teratai.