Selasa, 12 Juli 2011

PUISI

PUISI DAN MUSIKALISASI PUISI

 PENGERTIAN PUISI
Puisi merupakan sebuah karya sastra yang mengungkapkan gagasan/perasaan penulisnya melalui kata-kata atau tulisan yang memiliki bunyi atau irama tertentu. Puisi juga dapat diartikan sebagai perasaan hati oleh sebagian besar orang. Penulis puisi disebut juga penyair. Puisi lama merupakan puisi yang dimana struktur penulisan, rima, bunyi mengikuti tata aturan tertentu (seperti berima a a a a/a b a b). Puisi modern cenderung tidak terikat pada suatu aturan tertentu. Puisi modern sangat berkembang sekarang ini. Puisi dapat dibuat oleh siapapun, anak kecil, remaja, orang dewasa, atau bahkan lansia.

 CARA MEMBUAT PUISI
Menulis puisi biasanya dijadikan media untuk mencurahkan perasaan, pikiran, pengalaman, dan kesan terhadap suatu masalah, kejadian, dan kenyataan di sekitar kita. Langkah-langkah penciptaan puisi itu sendiri terdiri atas empat tahap penting, yaitu :

1. PENCARIAN IDE, dilakukan dengan mengumpulkan atau menggali informasi melalui membaca, melihat, dan merasakan terhadap kejadian/peristiwa dan pengalaman pribadi, sosial masyarakat, ataupun universal (kemanusiaan dan ketuhanan).

2. PERENUNGAN, yakni memilih atau menyaring informasi (masalah, tema, ide, gagasan) yg menarik dari tema yg didapat. Kemudian memikirkan, merenungkan, dan menafsirkan sesuai dengan konteks, tujuan, dan pengetahuan yg dimiliki.

3. PENULISAN, merupakan proses yg paling genting dan rumit. Penulisan ini mengerahkan energi kreatifitas (kemampuan daya cipta), intuisi, dan imajinasi (peka rasa dan cerdas membayangkan), serta pengalaman dan pengetahuan. Untuk itulah, tahap penulisan hendaknya mencari dan menemukan kata ataupun kalimat yg tepat, singkat, padat, indah, dan mengesankan. Hasilnya kata-kata tersebut menjadi bermakna, terbentuk, tersusun, dan terbaca sebagai puisi.

4. PERBAIKAN atau REVISI, yaitu pembacaan ulang terhadap puisi yg telah diciptakan. Ketelitian dan kejelian untuk mengoreksi rangkaian kata, kalimat, baris, bait, sangat dibutuhkan. Kemudian, mengubah, mengganti, atau menyusun kembali setiap kata atau kalimat yg tidak atau kurang tepat. Oleh karena itu, proses revisi atau perbaikan ini terkadang memakan waktu yg cukup lama hingga puisi tersebut telah dianggap ''menjadi'' tidak lagi dapat diubah atau diperbaiki lagi oleh penulisnya

 JENIS PUISI
Puisi terbagi menjadi dua jenis, yaitu puisi lama dan puisi modern.
 MACAM PUISI LAMA :
1. Mantra
Mantra adalah merupakan puisi tua, keberadaannya dalam masyarakat Melayu pada mulanya bukan sebagai karya sastra, melainkan lebih banyak berkaitan dengan adat dan kepercayaan.



2. Gurindam
Gurindam adalah puisi lama yang berasal dari Tamil (India). Ciri-ciri gurindam:
1. Sajak akhir berirama a – a ; b – b; c – c dst.
2. Berasal dari Tamil (India)
3. Isinya merupakan nasihat yang cukup jelas yakni menjelaskan atau menampilkan suatui sebab akibat.
Contoh :
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barang siapa tinggalkan sembahyang ( b )
Bagai rumah tiada bertiang ( b )
Jika suami tiada berhati lurus ( c )
Istri pun kelak menjadi kurus ( c )

3. Syair
Syair adalah puisi lama yang berasal dari Arab. Ciri – ciri syair :
a. Setiap bait terdiri dari 4 baris
b. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
c. Bersajak a – a – a – a
d. Isi semua tidak ada sampiran
e. Berasal dari Arab
Contoh :
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)
Negeri bernama Pasir Luhur (a)
Tanahnya luas lagi subur (a)
Rakyat teratur hidupnya makmur (a)
Rukun raharja tiada terukur (a)
Raja bernama Darmalaksana (a)
Tampan rupawan elok parasnya (a)
Adil dan jujur penuh wibawa (a)
Gagah perkasa tiada tandingnya (a)

4. Pantun
Pantun adalah puisi Melayu asli yang cukup mengakar dan membudaya dalam masyarakat. Ciri – ciri pantun :
1. Setiap bait terdiri 4 baris
2. Baris 1 dan 2 sebagai sampiran
3. Baris 3 dan 4 merupakan isi
4. Bersajak a – b – a – b
5. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
6. Berasal dari Melayu (Indonesia)
Contoh :
Ada pepaya ada mentimun (a)
Ada mangga ada salak (b)
Daripada duduk melamun (a)
Mari kita membaca sajak (b)

5. Karmina
Karmina adalah pantun yang hanya terdiri atas dua baris, sehingga disebut juga pantun kilat. Sebenarnya berasal dari empat baris karena barisnya pendek-pendek kemudian digabung menjadi dua beris. Persajaknya menjadi aa. Beris pertama merupakan sampiran, dan baris kedua merupakan isi. Contoh :
Kendang ketut, tali kecapi
Kenyang perut, senang di hati

Sebab pulut, santan binasa
Sebab mulut, badan binasa


MACAM-MACAM PANTUN
 DILIHAT DARI BENTUKNYA
1. Pantun Biasa
Pantun biasa sering juga disebut pantun saja.
Contoh :
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukan ke dalam hati

2. Seloka (Pantun Berkait)
Seloka adalah pantun berkait yang tidak cukup dengan satu bait saja sebab pantun berkait merupakan jalinan atas beberapa bait. Ciri-ciri seloka:
a. Baris kedua dan keempat pada bait pertama dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait kedua.
b. Baris kedua dan keempat pada bait kedua dipakai sebagai baris pertama dan ketiga bait ketiga
c. Dan seterusnya
Contoh :
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan
Kayu jati bertimbal jalan,
Turun angin patahlah dahan
Ibu mati bapak berjalan,
Ke mana untung diserahkan

3. Talibun
Talibun adalah pantun jumlah barisnya lebih dari empat baris, tetapi harus genap misalnya 6, 8, 10 dan seterusnya.
Jika satu bait berisi enam baris, susunannya tiga sampiran dan tiga isi.
Jika satiu bait berisi delapan baris, susunannya empat sampiran dan empat isi.
Jadi :
Apabila enam baris sajaknya a – b – c – a – b – c.
Bila terdiri dari delapan baris, sajaknya a – b – c – d – a – b – c – d
Contoh :
Kalau anak pergi ke pecan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu

4. Pantun Kilat ( Karmina )
Ciri-cirinya :
a. Setiap bait terdiri dari 2 baris
b. Baris pertama merupakan sampiran
c. Baris kedua merupakan isi
d. Bersajak a – a
e. Setiap baris terdiri dari 8 – 12 suku kata
Contoh :
Dahulu parang, sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)


 DILIHAT DARI ISINYA
1. Pantun Anak-Anak
Contoh :
Elok rupanya si kumbang jati
Dibawa itik pulang petang
Tidak terkata besar hati
Melihat ibu sudah dating

2. Pantun Orang Muda
Contoh :
Tanam melati di rama-rama
Ubur-ubur sampingan dua
Sehidup semati kita bersama
Satu kubur kelak berdua



3. Pantun Orang Tua
Contoh :
Asam kandis asam gelugur
Kedua asam riang-riang
Menangis mayat di pintu kubur
Teringat badan tidak sembahyang

4. Pantun Jenaka
Contoh :
Elok rupanya pohon belimbing
Tumbuh dekat pohon mangga
Elok rupanya berbini sumbing
Biar marah tertawa juga

5. Pantun Teka-Teki
Contoh :
Kalau puan, puan cemara
Ambil gelas di dalam peti
Kalau tuan bijak laksana
Binatang apa tanduk di kaki


 MACAM-MACAM PUISI BARU
1. Distikon
Distikon adalah sanjak 2 seuntai, biasanya bersajak sama.
Contoh :
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh
(Or. Mandank)

2. Tersina
Tersina adalah sanjak 3 seuntai.
Contoh :
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari
Dari ; Madah Kelana
Karya : Sanusi Pane


3. Kuatrain
Kuatrain adalah sanjak 4 seuntai
Contoh :
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu
(A.M. Daeng Myala)

4. Kuin
Quint adalah sanjak 5 seuntai
Contoh :
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)

5. Sekstet
Sekstet adalah sanjak 6 seuntai.
Contoh :
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernafas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)


6. Septima
Septima adalah sanjak 7 seuntai.
Contoh :
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya (Muhammad Yamin)

7. Stanza ( Octav )
Octav adalah sanjak 8 seuntai
Contoh :
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang
(Sanusi Pane)

8. Soneta
Soneta adalah bentuk kesusasteraan Italia yang lahir sejak kira-kira pertengahan abad ke-13 di kota Florance. Ciri – Ciri Soneta :
1. Terdiri atas 14 baris
2. Terdiri atas 4 bait, yang terdiri atas 2 kuatrain dan 2 tersina
3. Dua kuatrain merupakan sampiran dan merupakan satu kesatuan yang disebut octav.
4. Dua tersina merupakan isi dan merupakan satu kesatuan yang disebut isi yang disebut sekstet.
5. Bagian sampiran biasanya berupa gambaran alam
6. Sekstet berisi curahan atau jawaban atau kesimpulan daripada apa yang dilukiskan dalam ocvtav , jadi sifatnya subyektif.
7. Peralihan dari octav ke sekstet disebut volta
8. Penambahan baris pada soneta disebut koda.
9. Jumlah suku kata dalam tiap-tiap baris biasanya antara 9 – 14 suku kata
10. Rima akhirnya adalah a – b – b – a, a – b – b – a, c – d – c, d – c – d

Contoh :

Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )
(Muhammad Yamin)

9. Puisi Bebas
Puisi bebas ialah puisi yang menilik bentuknya tidak dapat dimasukkan ke dalam salah satu jenis puisi baru lainnya. Contoh :
AKU
Kalau sampai waktuku
‘ku mau tak seorang ‘kan merayu
Tidak juga kau
Tak perlu sedu sedan itu
Aku ini bunatang jalang
Dari kumpulannya yang terbuang
Biar peluru menembus kulitku
Aku tetap meradang menerjang
Luka dan bias kubawa berlari
Berlari
Hingga hilang pedih peri
Dan aku akan lebih tidak peduli
Aku mau hidup seribu tahun lagi
(Chairil Anwar)

10. Puisi Kontemporer
Puisi kontemporer atau puisi inkonvensional muncul dalam kesusastraan Indonesia pada tahun 70-an. Puisi ini meninggalkan nilai-nilai yang ada pada puisi sebelumnya. Umumnya puisi kontemporer mengutamakan bentuknya, baik bentuk secara visual (indah untuk dipandang), bentuk secara auditif (indah untuk didengar bila dibacakan).

Contoh :


SEPISAUPI
Sepisau luka sepisau duri
Sepikul desa sepukau sepi
Sepisau duka serisau diri
Sepisau sepi sepisau nyanyi

Sepisaupa sepisaupi
Sepisapanya sepikan sepi
Sepisaupa sepisaupi
Sepikul diri sekeranjang duri
Sepisaupa sepisaupi
Sepisaupa sepisaupi
Sepisau sepisaupi
Sampai pisaunya ke dalam nyanyi
(Sutarji Colzum Bahri)



MUSIKALISASI PUISI
Musikalisasi puisi merupakan suatu kegiatan penyampaian puisi melalui permainan musik sehingga menciptakan warna tersendiri baik itu pada puisinya maupun musiknya. Perpaduan dua aliran seni tersebut dapat memunculkan suatu pemaknaan yang mendalam. Musikalisasi puisi dapat dilakukan tidak hanya satu orang dengan satu alat musik tetapi juga dalam bentuk kelompok musik atau band. Musikalisasi puisi dapat kita jumpai pada lagu-lagu yang yang dipopulerkan oleh group band Bimbo seperti "Sajadah Panjang". Musikali puisi yang beraliran balada dapat kita jumpai pada lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Ebiet G. Ade salah satu contohnya adalah "Lagu Untuk Sebuah Nama".
Dalam kegiatan musikalisasi puisi, seseorang harus terlebih dahulu memahami dan dapat bermain musik secara benar. Jika dalam puisi menceritakan tentang balada cinta tidak mungkin menggabungkannya dengan musik beraliran underground atau metal, jadi musik yang akan dipadukan dengan puisi haruslah sesuai tema/alirannya dengan puisi yang disampaikan.
Tahap selanjutnya, adalah menentukan tata cara penggabungan musik dan puisi, apakah musik tersebut hanya untuk mengiringi puisi atau yang disebut dengan puisi berbackground musik, ataukah puisi tersebut menjadi lirik lagu yang memiliki nada tertentu di musik tersebut. Bagi pemula, musik yang dijadikan background dari suatu puisi merupakan cara yang terbaik dalam mempelajari musikalisasi puisi. Setelah berlatih dan terus mengimprovisasi musikalisasi puisi barulah orang tersebut lebih mudah untuk menjadikan puisi tersebut sebagai lirik sebuah lagu. Kunci kesuksesan dalam mempelajari musikalisasi puisi adalah kemauan keras untuk terus berlatih dan berimprovisasi secara mandiri. Selamat meramaikan dunia musik Indonesia dengan musikalisasi puisi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar