Kajian Psikologi
Orkes Madun II Atawa Umang-Umang
Dengan
Orkes Madun IV Atawa Ozone
Karya Arifin C. Noer
Sebuah Perjalanan Mencari Kematian
Orkes Madun merupakan drama caturlogi karena Ada Orkes Madun I Atawa Madekur Tarkeni, Orkes Madun Ii Atawa Umang-Umang, Orkes Madun III Atawa Sandek, Pemuda Pekerja, Dan Orkes Madun IV Atawa Ozone. Dalam setiap episode memiliki alur cerita yang berkaitan, namun keterkaitan itu tidak runtut, yaitu Orkes Madun I Atawa Madekur Tarkeni terkait dengan Orkes Madun III atawa Sandek, Pemuda Pekerja, yaitu menceritakan tentang pekerjaan, dan Orkes Madun II Atawa Umang-Umang terkait dengan Orkes Madun IV Atawa Ozone, yaitu menceritakan tentang perjalanan waska yang mencari kematian. Karena keterkaitan itulah penulis memilih karya sastra tersebut untuk dianalisis perbandingan antara kedua karya sastra.
Orkes Madun merupakan karya dari Arifin C. Noer seorang dramawan, penulis sajak, penulis skenario, serta sutradara film dan sinetron. Ia dilahirkan di kota Cirebon, Jawa Barat, 10 Maret 1941 dan meninggal di Jakarta, 28 Mei 1995. Arifin lahir dari kalangan keluarga sederhana. Orang tuanya hanya penjagal kambing dan ahli memasak daging tersebut menjadi sate dan gulai kambing. Meski demikian, hal itu tidak membuat Arifin menjadi terbelakang dan tertinggal pendidikannya dari teman-teman seangkatannya. Pertama kali ia bergabung dengan "Teater Muslim" pimpinan Mohammad Diponegoro dan kemudian bergabung dengan "Bengkel Teater" pimpinan W.S. Rendra. Berawal dari keaktifannya di teater itulah kemudian ia pindah ke Jakarta untuk mendirikan "Teater Kecil" (1968). Pada awalnya Arifin berpikir bahwa sebuah kelompok kesenian perlu adanya penyantun dana tetap sehingga kehidupan berteater dapat berjalan terus. Oleh karena itu, ia tidak menolak ketika ditawari pekerjaan di Kawasan Industri Pulogadung, Jakarta Timur, sebagai manajer pengelola Balai Bimbingan dan Latihan Kerja.
Orkes Madun II Atawa Umang-Umang adalah subuah karya sastra naskah drama yang menceritakan tentang derita masyarakat bawah yang sangat kekurangan dalam kebutuhan ekonomi sehingga memaksa mereka untuk melakukan tindak kejahatan demi untuk memenuhi kebutuhan hidup. Dalam hal ini mereka dipimpin oleh seorang penjahat besar yang bernama Waska serta anak buah setia waska yang bernama Ranggong dan Borok. Waska adalah sosok pemimpin yang tegas, kuat, dan tidak takut dengan bahaya yang mengancam kehidupannya, serta tidak suka jika terdapat anak buahnya yang merendahkan diri dihadapannya. Hal itu dibuktikan dalam dialog sebagai berikut :
WASKA
Engkos!
ENGKOS
Engkos tadi sudah di ludahi, Waska
WASKA
Keluar sebentar, bajingan. Ke sini!
ENGKOS MENDEKATI WASKA DENGAN LANGKAHNYA JONGKOK ALA KRATON JAWA ATAWA SUNDA. DAN MELIHAT INI BUKAN MAIN MENYALA AMARAH WASKA
WASKA
Apa-apaan kamu!?
(Engkos terus ngesod)
Berdiri! Kamu bukan anjing, anjing!
(Engkos terus ngesod)
Betul-betul menjijikan! Berdiri, anjing!
(Engkos terus ngesod dan waska terus menghindar)
Berdiri, babi! Berdiri!
ENGKOS
Hormatku, Waska. Hormatku. Kagumku, Waska, kagumku. Setiaku, Waska, setiaku.
WASKA
Jadi betul-betul kamu anjing! Kamu robek-robek dirimu sendiri!?
ENGKOS
Waska, Waska, Waska….
WASKA
Kamu sendiri yang minta diludahi, Engkos.
Kamu sendiri yang minta dicambuk, Engkos
Kamu sendiri yang minta dirajam, Engkos
Kamu sendiri yang minta dibandem, Engkos
ENGKOS (Kasmaran)
Waska, Waska, Waska…..
SAMBIL MELUDAHKAN SEDERET KATA-KATA UMPATAN, WASKA MELEMPARI ENGKOS DENGAN BATU DAN APA SAJA YANG DIDAPAT. DAN ENGKOS MERASAKANNYA DENGAN NIKMAT SEKALI. EKSTASE! (BAJINGAN!)
Dalam kutipan tersebut diceritakan bahwasanya Engkos –anak buah Waska- dia merendahkan dirinya dihadapan Waska, dan Waska tidak suka dengan hal itu. Akhirnya Waska melempari batu-batuan sampai akhirnya Engkos mati. Hal itu bermaksud bahwasanya jadi orang jangan suka merendahkan diri, karena kita akan kalah jika kita terlalu lemah.
Waska memiliki keinginan besar dalam hidupnya untuk menakhlukkan dunia, yaitu dengan cara merampok beberapa bank dan perusahaan yang ada. Dia meminta bantuan Ranggong sebagai anak buahnya untuk melakukan rencana tersebut. Hal itu dikarenakan Waska tidak tega melihat kaumnya menderita kelaparan yang sudah terlalu dan mereka sangat kesulitan dalam mencari makan. Namun secara tiba-tiba penyakit lama Waska kambuh, secara tiba-tiba dia membeku bagaikan patung, kali ini ditambah dengan bibir tersenyum. Ranggong serta yang lainnya sangat kebingungan melihat kondisi Waska yang seperti itu. Mereka takut jika Waska mati. Ranggong menginginkan Waska agar tidak mati karena dia memiliki rencana yang sangat besar untuk kebaikan kaumnya. Hal itu dapat dilihat dalam kutipan dialog berikut :
WASKA
Yang pokok boleh. Detil nanti kalau semuanya sudah datang
SEBENTAR IA MENIKMATI ROKOKNYA DULU
Ranggong, sejak muda saya memimpikan memimpin suatu operasi besar secara simultan. Seluruh penjuru kota kita serang, kita rampok habis-habisan. Paling sedikit 130 bank yang ada, 400 pabrik, 2000 perusahaan menengah dan kecil dan ribuan toko-toko dan warung-warung yang ada di kota ini, akan kita gedor secara serempak. Mendadak. Pasti. Pasti menetas impian tua saya ini. Jumlah kita, anak-anak lapar dan dahaga sudah menjadi rongga mulut raksasa yang juga akan mengancam keheningan langit. Kehadiran kita yang bersama ini akan menggetarkan para nabi dan malaikat.
SENYUM DAN PANDANGAN YANG MEMANCANGKAN IMPIAN PADA WAJAH RANGGONG SEOLAH MENYEBABKAN TUBUHNYA MEMBEKU UNTUK BEBERAPA SAAT.
WASKA
Kamu suka rencana itu?
RANGGONG
Suka sekali, Waska. Suka sekali. Sekarang bahkan saya sudah membayangkan bagaimana saya melaksanakan tugas-tugas saya.
(Sekarang justru waska yang membeku. sidekap. Tersenyum)
Kenapa, Waska?
(Ranggong merasa cemas sekali akan keadaan pemimpinnya)
kamu sakit, sakit lagi, Waska!?
SENYUM ITU SEMAKIN LEBAR, TAPI WASKA SEMAKIN MEMBEKU. BEBERAPA ORANG YANG LAIN MUNCUL MENDEKATI
DEBLENG
Waska
JAPAR
Waska
GUSTAV
Waska
JAPAR
Dulu ia pernah penyakitan begini, tapi nggak pake senyum kayaknya
DEBLENG LALU MENGGUNCANG-GUNCANGKAN TUBUH WASKA, TAPI WASKA TETAP TIDAK BEREAKSI SAMA SEKALI. MELIHAT KEADAAN TUANNYA YANG LUAR BIASA INI, SEGERA SAJA ORANG-ORANG SAMA MENGGUNCANG-GUNCANGKAN TUBUH WASKA. SEMUANYA DILIPUTI KECEMASAN
ORANG-ORANG
Waska, waska….
BETUL-BETUL WASKA KAYAK MAYAT SENYUM SAJA. SAMA SEKALI NGGAK BEREAKSI, DIGUNCANG-GUNCANG, DITARIK SANA, DITARIK SINI, DIBARINGKAN, DIBERI MINUM DAN SETERUSNYA. SEMUA USAHA ALHASIL SIA-SIA
JAPAR
Lebih baik dia tidur dulu. Biar tenang. Barangkali jantungnya. Barangkali dia sedang menderita suatu jenis penyakit kekejangan yang baru
MAKA DIBARINGKANNYA ITU WASKA, DAN ORANG-ORANG CUMA MENGAMATINYA SAJA. TIBA-TIBA WASKA DUDUK TAPI TETAP MEMBEKU. DAN ORANG-ORANG PUN BERTAMBAH HERAN DAN GANJIL
DEBLENG
Saya kira dia siuman
GUSTAV
Napasnya lebih besar dari penyakitnya
JAPAR
Saya bilang biarkan ia tidur
RANGGONG
Saya takut dia mati
JAPAR
Kalau mati, kenapa?
RANGGONG
Siapa yang akan memimpin kita?
GUSTAV
Gampang itu. Kita berantem dulu, pilih yang paling jagoan
RANGGONG
Gampang. Kamu kira kamu mampu memimpin saya dan teman-teman semua?
GUSTAV
Biar saja, apa susahnya?
RANGGONG
Lalu yang melaksanakan rencana besarnya siapa? Kamu?
GUSTAV
Kamu kira siapa?
RANGGONG
Kamu tahu rencana besarnya?
GUSTAV
Nggak
RANGGONG
Tahu saja nggak, mana bisa mengerjakan rencana besar itu
JAPAR
Dia belum tidur juga
RANGGONG
Kalau sampai satu hari saja dia membeku seperti ini bisa gawat dunia
JAPAR
Kita paksa saja supaya matanya merem
KARENA ORANG-ORANG MENYETUJUI USULNYA, LALU JAPAR MENCOBA MENGATUPKAN KELOPAK MATA WASKA SUPAYA MEREM. TIBA-TIBA WASKA BANGKIT TERJAGA DAN WASKA MENYEMBURKAN LUDAHNYA PADA JAPAR SAMBIL MENGUMPAT. BEGITULAH SAMBIL MENYEMBUR, TAK LUPA WASKA MELUNCURKAN KATA-KATA MAKIAN DAN SEMUA ORANG PUN TANPA KECUALI KEBLINGSATAN MENINGGALKAN PENTAS.
TIBA-TIBA JAPAR YANG KURUS-TINGGI-GEPENG MUNCUL SAMBIL MELANTANGKAN TANGISNYA YANG NGGAK KEPALANG TANGGUNG. SEMUA MUNCUL LAGI. DEBLENG YANG MERANGKULNYA SAMBIL MENANGIS SEHINGGA TERCIPTALAH DUET TANGIS.
JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memimpin kita?
DUET LAGI
DEBLENG
Dia pemimpin lebih dari pemimpin. Sedemikian besar kharismanya, sehingga wajah serta kulitnya yang hitam berkilat memancarkan cahaya terang benderang bagaikan wajah orang suci, wali-wali, wajah-wajah santun, bahkan laksana matahari.
DUET LAGI. YANG LAIN-LAIN CUMA MENGANGGUK-ANGGUK KETIKA PERCAKAPAN TADI SAMBIL MENAHAN TANGIS MENYIMPANNYA DALAM DADA
JAPAR
Kalau dia mati, siapa yang akan memarahi kita? Kalau dia mati siapa yang akan mencaci kita? Kalau dia mati, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan, siapa yang akan…
DUET LAGI
DEBLENG
Waska
JAPAR
Waska
SEMUA
Waska
Mereka bertiga memiliki keinginan untuk menguasai dunia dan mereka ingin hidup selamanya di dunia. Atas keinginan itulah mereka mencari jamu mujarab yang bisa membuat umur mereka tanpa batas. Mereka mencari jamu tersebut dengan meminta kepada Mbah Albert dan istrinya Mbah putri. Hal itu dapat dilihat dari kutipan dialog sebagai berikut :
BOROK
Waska sakit
EMBAH
Sakit?
RANGGONG
Sakit sekali Albert
EMBAH
Sakit apa?
BOROK
Sakit tua
EMBAH
Lalu apa ada yang istimewa?
BOROK
Ia meraung-raung saja
EMBAH
Tidak usah dikhawatirkan. Tidak lama lagi ia akan tenang. Sembuh atau mati
RANGGONG
Ia tidak boleh mati
BOROK
Ia juga tak mau mati
BOROK (Meraung)
Mbah!!!!
EMBAH
Kenapa?
BOROK
Jangan tidur
RANGGONG
Ya, Mbah, tolonglah kami. Berikanlah jamu itu. Nyawa Waska sudah getas sekali. Beberapa detik saja Mbah terlambat menolong, putuslah semuanya
EMBAH
Kenapa? Kenapa kalau putus? Dan lagi apa benar putus? Apa kamu tahu? Putus? Begitu? Orang-orang macam kalianlah yang membuat hidup ini jadi bising. Sekarang aku minta kalian jangan lagi mengusik tidurku. Malam sudah larut. Aku harus tidur
EMBAH PUTRI
Kok ada suara orang lain? Kalau begitu dia belum tidur (Sambil melangkah) betul-betul badung
PADA SAAT EMBAH PUTRI MENDEKAT, RANGGONG DAN BOROK SEDANG MEMBANGUNKAN EMBAH
EMBAH PUTRI
He! Jangan ganggu orang tidur ya!
BOROK
Modar! Modar!
RANGGONG
Maaf, Mbah putri, kami terpaksa membangunkan Mbah Kakung karena pemimpin kami sedang dalam keadaan inkoma
EMBAH PUTRI
Orang sakit itu biasa. Orang mau mati itu biasa, jangan suka ribut, apalagi sampai mengganggu orang sedang tidur
RANGGONG
Tapi pemimpin kami tidak boleh mati
EMBAH PUTRI
Emangnya kenapa?
RANGGONG
Setidak-tidaknya, kematiannya ditunda beberapa tahun sampai ia sempat mewujudkan impian spektakulernya
EMBAH PUTRI
Sebentar. Lebih baik kalian minum dulu
BOROK
Kami tidak perlu minum, Mbah. Kami perlu minta jamu itu
EMBAH PUTRI
Duduk saja dulu. Soal jamu itu soal sepele
(lalu ketiganya duduk)
Kami punya banyak jamu. Jamu Klinger, galian singset, jamu nafsu kuda, jamu kanker, jamu saraf…..
BOROK
Bukan jamu itu, Mbah…
RANGGONG
Ya, Mbah. Maksud kami….
EMBAH PUTRI
Mbah tahu. Jangan cerewet. Kamu menginginkan jamu dadar bayi kan?
BOROK
Ya Mbah
RANGGONG
Pokoknya jamu
EMBAH PUTRI MENANGIS SANGAT MEMILUKAN SEKALI
EMBAH PUTRI
Duh, biyung, sudah sampai begini….
SUARA WASKA
Borok! Ranggong!
EMBAH PUTRI
Setiap jamu itu ada khasiatnya dan ada aturannya. Setiap penyakit itu ada jamunya tapi jamu yang paling mujarab ada dalam diri si sakit. Karena itu setiap kali orang datang meminta jamu selalu embah berikan nasehat lebih dulu
EMBAH PUTRI
Kita harus hidup artinya kita juga harus mati. Hidup membutuhkan mati, anak-anakku. Setiap mahluk mempunyai batas waktu hidup yang pada dasarnya telah disesuaikan dengan kemampuan mahluk itu dalam rangka kesemestaan. Di luar atau keluar dari kerangka ini akan menyebabkan kegoncangan-kegoncangan, baik pada semesta mau pun pada yang bersangkutan sendiri. Yakinlah bahwa stiap penyelewengan hanya akan menghasilkan penyelewengan juga. Mbah menyimpan hampir semua rahasia semesta. Mbah bisa mengatakan dan membukakan semuanya. Kalian mau apa? Jamu penangkal mati? Baik, tapi ingat-ingat, namanya jamu dadar bayi karena bahan-bahannya dibuat dari jantung bayi yang dikeringkan
BOROK
Kami butuh yang ready to use, Mbah
RANGGONG
Soalnya karena waktu sudah sangat mendesak. Waska sudah dalam keadaan sakaratul maut
EMBAH PUTRI
Jangan sok tahu. Tapi pergilah sekarang. Semuanya sudah Mbah katakan
RANGGONG
Jadi kami harus mendapatkan jantung bayi dan mengeringkannya, Mbah?
EMBAH PUTRI
Ya, kamu tega? Mengeringkan lalu kamu tumbuk sampai halus dan selanjutnya dapat kamu minum bersama minuman apa saja asal panas. Nah, kamu tega?
(Borok dan ranggong cuma saling berpandangan)
Berapa generasi yang kamu ingin saksikan? Bunuh saja bayi sebanyak-banyak kamu perlukan, kalau kamu sampai hati
BOROK
Tiga orang bayi saja. Buat kita bertiga
RANGGONG
Tidak. Lima belas bayi
EMBAH PUTRI
Kalian rakus sekali. Kami orang-orang sederhana dari bukit Himalaya ini tidak pernah memasalahkan mati mau pun menjadikan ajal sebagai masalah. Lebih-lebih sebagai musuh. Tapi, kalau kalian belum menjawab pertanyaan Mbah. Kalian memang tega!?
BOROK
Modar!
RANGGONG
Tega, Mbah!
EMBAH PUTRI
Kalian memang terlalu gagah. Dan Mbah tak punya daya apa-apa kecuali hanya mengemukakan segala sesuatunya. Sayang sekali, tetapi beginilah lakonnya
RANGGONG
Terima kasih Mbah, terima kasih
BOROK
Permisi Mbah, terima kasih
Setelah mendapatkan jamu tersebut mereka mampu mengalahkan semua hal, bahkan umur pun mereka kalahkan, mereka juga tidak pernah tidur selama hidup mereka. Namun setelah hidup selama bertahun-tahun mereka sudah mulai merasa bosan dengan kehidupan yang selalu tetap dan tidak ada perubahan. Mereka menginginkan sebuah kematian tapi tidak bisa dan selalu tidak bisa. Berbagai upaya mereka lakukan untuk kematian, mulai dari bunuh diri sampai saling membunuh, namun usaha itu sia-sia dan selalu sia-sia. Sampai pada suatu ketika mereka kelelahan dan tertidur. Hal itu bisa dilihat dari dialog berikut :
RANGGONG
Tenang, tenang
BOROK
Tenang, tenang
WASKA
Matahari sedang berenang. Beberapa saat lagi ia akan terbit
RANGGONG
Siang
BOROK
Bosan
WASKA
Tidur
RANGGONG
Kena. Kena. Kena
BOROK
Nggak usah ditarik. Diamin saja. Bosan
WASKA
Bosan
RANGGONG
Bosan
WASKA
Matahari terbit
BOROK
Kita nggak pernah terbit
WASKA
Matahari tenggelam
RANGGONG
Kita tak pernah terbenam
BOROK
Terbit terbenam terbit terbenam
WASKA
Kita Cuma diam
BOROK
Angin berhembus
WASKA
Kita Cuma diam
RANGGONG
Bulan bersinar
WASKA
Kita Cuma diam
BOROK
Ada anak lahir
RANGGONG
Ada anak berangkat dewasa
BOROK
Berangkat tua
RANGGONG
Berangkat mati
WASKA
Kita Cuma diam. Tidak berangkat ke mana-mana
RANGGONG
Ada daun widara
BOROK
Melayang dalam angin
RANGGONG
Jatuh, membusuk, menjadi rabuk
WASKA
Kita Cuma diam, Cuma diam
RANGGONG
Semua bergerak. Awan berarak
BOROK
Semua bergerak. Ada perahu bergerak
WASKA
Kita Cuma diam
LONCENG DUA KALI
WASKA
Setidak-tidaknya kita berusaha untuk bisa tidur
BOROK
Modar!
RANGGONG
Biar apa?
WASKA
Siapa tahu kita bermimpi tenggelam, terbenam atau melayang, gugur, jatuh, membusuk atau bahkan mimpi mati sama sekali, atau siapa tahu kita tak pernah bangun lagi?
RANGGONG
Tenang, tenang
BOROK
Tenang, tenang
WASKA
Matahari kembali berenang bersama ikan-ikan dan laut semakin dalam lantaran malam
LONCENG DUA KALI
WASKA
Kalian siapa? Kalian siapa?
RANGGONG
Kamu siapa?
DEBLENG
Cicit pak Debleng
BOROK
Kamu?
BUANG
Cicit Buang
RANGGONG
Kamu?
BIGAYAH
Cicit Bigayah
WASKA
Kamu mirip sekali
RANGGONG
Kita boleh mulai lagi, Waska?
BOROK
Modar! Modar!
WASKA
Yak. Yak. Yak
SEMUA
Gedor
WASKA
Yak. Yak. Yak
SEMUA
Gedor
LALU SEMUANYA PERGI LAGI
BOROK
Mereka pergi lagi. Mereka pergi lagi
RANGGONG
Kan mereka sudah mati
WASKA
Tenang, tenang
RANGGONG
Matahari mulai berenang lagi
BOROK
Tenang, tenang
RANGGONG
Matahari mulai berenang lagi
WASKA
Tenang. Pikiranku mulai bekerja lagi
LONCENG DUA KALI
PERAMPOKAN SEMESTA. MEREKA DATANG LAGI
BOROK
Bau bangke. Bau bangke
SEMUANYA MEMBENARKAN
RANGGONG
Ini laut apa kuburan?
WASKA
Sama saja
PERAMPOKAN SEMESTA
MEREKA PERGI LAGI
TIBA-TIBA WASKA MENYABET-NYABETKAN TANGAI KAILNYA, MAKIN KENCANG DAN MAKIN KENCANG, RANGGONG JUGA MELAKUKAN HAL YANG SAMA. JUGA BOROK
BOROK
Bosan. Bosan
RANGGONG
Apa yang kamu lakukan, Waska?
WASKA
Nggak tahu. Nggak tahu
LALU MEREKA KEMBALI MANCING LAGI
RANGGONG
Tenang. Tenang
BOROK
Nggak. Nggak. Nggak tenang
TIBA-TIBA WASKA, YANG TUA DAN PURBA ITU MENANGIS MEMEDIHKAN SEKALI. RANGGONG JUGA, BOROK JUGA
WASKA
Semuanya sudah kita lakukan
RANGGONG
Ya
BOROK
Ya
WASKA
Cuma mati yang belum
RANGGONG
Ya. Ya
BOROK
Kita bunuh diri saja, Pak
RANGGONG
Yuk
WASKA
Bunuh diri?
BOROK
Ya
WASKA
Ide bagus. Yuk.
LALU MEREKA SALING BERPANDANGAN ‘SELAMAT TINGGAL’ DAN SELANJUTNYA MEREKA BERUSAHA MENUSUK PERUT MEREKA MASING-MASING DENGAN TANGKAI KAIL (WALISAN).
TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-ORANG DATANG BERMUNCULAN MENGGAGALKAN NIAT MEREKA, SEKUAT TENAGA ORANG-ORNG MENGHALANGI PERBUATAN NEKAD MEREKA, LALU SETELAH KETIGANYA KEMBALI TENANG. ORANG-ORANG KELUAR
WASKA
Nggak jadi mati kita
RANGGONG
Kebaikan yang jelek
BOROK
Pokoknya jahat
RANGGONG
Kita berantem saja yuk! Bunuh-bunuhan
BOROK
Yuk
WASKA
Kalau mau berantem, kita mesti bertengkar duluan, dong
RANGGONG
Sialan!
WASKA
Babi!
BOROK
Monyet!
RANGGONG
Kutu!
BEGITULAH SELANJUTNYA MEREKA SALING MELONTARKAN KATA UMPATAN. MAKIN LAMA MAKIN PANAS. MAKIN PANAS MAKIN MATENGLAH MENTAL MEREKA UNTUK SALING BERBUNUHAN. TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-ORANG DATANG DAN BERUSAHA MELERAIKAN MEREKA SEKUAT TENAGA ORANG-ORANG BERUSAHA MENDAMAIKAN MEREKA DAN AKHIRNYA, SETELAH KETIGANYA SAMA TENANG LAGI, ORANG-ORANG PERGI
WASKA
Nggak jadi mati lagi
RANGGONG
Betul-betul sial kita
BOROK
Nasib kita betul-betul nggak baik
WASKA
Ada ide baru?
BOROK
Kita terjun saja ke jurang
RANGGONG
Ya, kita naik ke bukit itu lalu terjun bebas
WASKA (sebentar berpikir)
Yuk
LALU KETIGANYA MENINGGALKAN LAUT
WASKA
Tuh bukitnya
RANGGONG
Yuk
BOROK
Yuk
LALU KETIGANYA SAMPAILAH DI PUCUK BUKIT. DAN SEBENTAR MEREKA SALING BERPANDANGAN
RANGGONG
Dulu kamu larang orang bunuh diri
WASKA
Aku sudah lupa semuanya. Semuanya lenyap oleh kebosanan
BOROK
Ayo dong, kita terjun
TAPI SEBELUM TERLANJUR, ORANG-ORANG DATANG LAGI DAN MENGGAGALKAN PERBUATAN MEREKA.
KETIGANYA SANGAT KESAL
MUNCUL JONATHAN MEMAINKAN BIOLANYA.
MUNCUL ALBERT DENGAN LAMPUNYA.
MUNCUL EMBAH PUTRI DENGAN LAMPUNYA.
MUNCUL JURU KUNCI DENGAN ANAKNYA.
MUNCUL BIGAYAH
MUNCUL SEMUANYA
SUNYI
STATIS
BOROK
Merokok pun tak pengen lagi
SUNYI
RANGGONG
Udara bau karat besi
SUNYI
WASKA
Pergi kalian! Pergi!
RANGGONG
Kenapa mereka diusir?
WASKA
Terlalu banyak untuk rongga kepala yang sempit ini? Terlalu banyak! Terlalu banyak!
BOROK
Arsip. Arsip. Arsip. Arsip
WASKA
Minggat! Minggat!
RANGGONG
Minggat! Minggat!
BOROK
Minggat! Minggat!
TAPI SEMUANYA EMMANG SUDAH MEMOSIL, TAPI KETIGANYA TERUS MENGUSIR MEREKA, SAMPAI PUN DENGAN CARA FISIL, TAPI GAGAL DAN KETIGANYA KELELAHAN
SUNYI
TIBA-TIBA WASKA MENGUAP DAN DIA KAGET BISA MENGUAP. DIA ULANGI LAGI. RANGGONG JUGA. BOROK JUGA
WASKA
Aku menguap. Aku ngantuk
RANGGONG
Aku juga
BOROK
Aku juga
WASKA
Terima kasih, Tuhan. Ayo, kita tidur. Lumayan
LALU TIDURLAH MEREKA.
KETIKA KETIGANYA NYENYAK TIDUR, SEMUA ORANG YANG DI PENTAS MENINGGALKAN PENTAS. DAN LONCENG BERTALU-TALU. LALU SUKMA KETIGA ORANG ITU BANGKIT MENINGGALKAN JASADNYA MASING-MASING
SUKMA WASKA
Kita mengintip yuk
SUKMA TEMAN-TEMANNYA MENGANGGUK, DAN MENGINTIPLAH MEREKA
SUKMA RANGGONG
Kamu mau ngintip siapa?
SUKMA WASKA
Aku mau mengintip apa yang dilakukan jasadku
SUKMA RANGGONG
Aku juga
SUKMA BOROK
Apa kita sudah mati?
SUKMA WASKA
Belum. Kita kan sedang tidur nyenyak
LALU MENGINTIPLAH MEREKA. DAN MEREKA SAMA CEKIKIKAN MELIHAT PERILAKU JASAD MEREKA MASING-MASING
SUKMA WASKA
Sok. Sok. Sok
SUKMA RANGGONG
Genit. Genit. Genit
SUKMA BOROK
Over. Over. over
KEMBALI MEREKA CEKIKIKAN. DAN LARILAH MEREKA KELUAR
SUKMA WASKA
Jasadku bangun. Bangun dia. Sembunyi
SUKMA RANGGONG
Bangun dia
SUKMA BOROK
Bangun dia
KETIGANYA KELUAR BETUL-BETUL DAN BEBERAPA SAAT
LONCENG DUA KALI
WASKA YANG PURBA DAN BATU LEWAT. CUMA LEWAT
LONCENG DUA KALI
Perjalanan Waska dan anak buahnya dalam mencari kematian tidak hanya berhenti sampai disitu. Dalam lakon Orkes Madun IV Atawa Ozone dijelaskan bahwasanya mereka melanjutkan lagi mencari kematian ke luar angkasa. Awalnya mereka bermaksud ingin membakar diri di matahari, namun semua itu gagal karena mereka takut ketika di matahari nanti tidak menemukan kematian sehingga hanya merasa tersiksa oleh panasnya matahari. Akhirnya mereka menuju bulan, yaitu dengan cara keluar mendarat di bulan tanpa mengenakan helm dan tabung oksigen, mereka menginginkan agar jasad mereka melayang-layang di bulan dalam ruang hampa. Hal itu dapat dilihat dari dialog berikut :
KEMBALI DOMINAN BUNYI LEMBUT MESIN PESAWAT. DAN SEMUA TERPAKU MEMBATU. DALAM WARNA HIJAU MEREKA KEMBALI. TIBA-TIBA WASKA MELAKUKAN PERUBAHAN PROGRAM DAN HALUAN PESAWAT
RANGGONG
Kita kembali ke bumi, Waska?
WASKA
Kita tidak akan pernah kembali. Kita akan terus melayang-layang hampa di kehampaan angkasa sampai kita tiada.
BOROK
Tapi kamu mengubah haluan
WASKA
Ya, kita tidak perlu pergi ke Matahari.
BOROK
Lalu di mana kita akan mencari mati?
WASKA
Di bulan
RANGGONG
Hei, kok kamu mengenakan apa itu? kita tidak memerlukan perlindungan apa-apa lagi. Kita kan keluar dari pesawat ini seperti kita keluar dari bus kota. Segera kita akan terkulai lemas di kawah itu dan segera tubuh kita akan melayang-layang hampa. Buang itu helm dan tabung oksigen.
DENGAN SENYUM SIMPUL BOROK TIDAK PEDULI DAN TERUS SAJA MENGENAKAN SEGALA MACAM PAKAIAN PERLINDUNGAN SERTA SEGALA PERALATAN UNTUK MENJEJAKKAN KAKINYA DI PADANG HENING LEMBUT SANG REMBULAN. JUGA WASKA, IA BERSIUL MALAH. ENTAH APA LAGUNYA. RIANG SEKALI DIA
RANGGONG
Hei, kamu juga Waska? Hei, Hei! Kalian ini mau apa sebenarnya? Mau piknik atau mau riset?
KEDUA KAWANNYA SAMA SEKALI TAK PEDULI
RANGGONG
Kalian jadi mau mati atau nggak sih?
BOROK
Lihat ini? (Tangan kirinya menggenggam)
WASKA
Lihat Ini! (Tangan kirinya menggenggam)
WASKA
Kau tahu apa isinya ini?
BOROK
Hayo, apa isinya?
RANGGONG (ternganga)
Mana saya tahu? Ah, kalian kayak anak kecil ah
KEDUANYA MEMBUKA GENGGAMAN. KOSONG
BOROK
Kematian
WASKA
Kematian sudah di tangan. Jangan risau. Jangan bimbang. Kapan saja kita mau mati, kita lepaskan pakaian yang berat ini dan helm yang tidak berperasaan ini. Tapi bagaimanapun kita perlu bikin sedikit upacara. Jadi kita pakai dulu ini semua. Kita nikmati sejenak hidup. Kita mainkan sejenak hidup. Kita ledek sejenak hidup. Sambil kita saksikan apa-apa saja yang berubah di satelit yang hening dan romantic ini. Setelah puas, kita akan ucapkan salam perpisahan kepada hidup sambil melepaskan helm ini dan melempar jauh-jauh tabung oksigen ini.
RANGGONG
Jadi?
BOROK
Lengkapilah dulu dirimu dengan segala macam pakaian dan alat seolah-olah kamu tidak hendak mati. Seolah-olah kamu Neil Armstrong yang primitif itu, takut-takut menginjakkan kaki di tanah gembur sang rembulan.
WASKA
Kalau begitu segera kita tanggalkan pakaian dan jasad yang membebani kita selama ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Segera kita lepas helm dan otak ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita buang tabung oksigen ini
RANG-BOR
Ya
WASKA
Kita bebas
RANGGONG
Selamat tinggal, hidup
BOROK
Selamat tinggal, daging
WASKA
Selamat tinggal, usus. Selamat tinggal, panca indera
BERTIGA
Selamat datang, kematian
YANG PERTAMA SEKALI MEREKA LEPASKAN ADALAH HELM. YANG KEDUA ADALAH TABUNG. SETELAH ITU MEREKA SALING BERPANDANGAN MESRA DAN SELANJUTNYA SECARA KHUSUK MEREKA BERKIBLAT KE SUATU ARAH. BAHAGIA SEKALI MEREKA. SECARA BERSAMA MEREKA MENGHISAP SUASANA SEKITAR. TERGETAR HATI MASING-MASING. MEREKA MEMBAUI SESUATU YANG HARUM SEKALI
WASKA (tak bersuara)
Harum!
BOROK (tak bersuara)
Ya, harum sekali!
RANGGONG (tak bersuara)
Ajaib. Nikmat sekali. Kita teler dibuatnya
BERTIGA (tak bersuara)
Hmm….
KETIGANYA MASIH TETAP BERDIRI, TAPI KALI INI MATA MEREKA TERPEJAM. SAKIN NIKMATNYA OLEH SUATU PENGALAMAN YANG BARU SAMA SEKALI. LAMA SEKALI MEREKA BERPEJAM. DAN TANPA SADAR, TANGAN-TANGAN MEREKA BERGERAK MENARI. GEMULAI AJAIB. MEREKA BETUL-BETUL MENARI DALAM HENING DENGAN MUSIK HENING.
TARIAN TOTAL PENYERAHAN DIRI YANG MUTLAK. BEGITU RUPA GEMULAINYA SEPERTINYA MEREKA MUTLAK BEBAS DARI YANG NAMANYA KONFLIK. CAHAYA SEMAKIN LAMA SEMAKIN KUAT. TIBA-TIBA WASKA SADAR, IA MULAI RAGU-RAGU. MULAI BIMBANG. DENGAN CURIGA IA AMATI BAGAIMANA KEDUA KAWANNYA ITU TELER MENARI. LAMA-LAMA IA PENUH SADAR. IA CUBIT DIRINYA. IA PERIKSA SEGALA INDERANYA. LALU IA BANGUNKAN KEDUA KAWANNYA
WASKA (tak bersuara)
Bangun! Bangun!
KAWAN-KAWANNYA TENTU SAJA TERNGANGA TIDAK MENGERTI
WASKA (tak bersuara)
Kita belum mati. Kita masih hidup
BOROK (tak bersuara)
Ha?
RANGGONG (tak bersuara)
Kenapa kita? Kenapa?
WASKA (tak bersuara)
Kita masih hidup. Kita belum mati.
KEDUA KAWANNYA MASIH BELUM MENGERTI. KARENA ITU BURU-BURU WASKA MENGAMBIL HELM DAN MENGENAKANNYA
WASKA (tak bersuara)
Ternyata kita belum mati, belum mati.
Ternyata usaha mereka untuk mencari kematian di bulan tidak mendapatkan hasil. Mereka masih hidup disana. Tetapi Ranggong dan Borok tidak menyadari hal itu, mereka menganggap dirinya sudah mati, tetapi Waska mencoba untuk mempengaruhi mereka kalau belum mati, Ranggong dan Borok tidak peduli dengan hal itu, malah mereka memusuhi Waska. Mereka mencoba menyakinkan Waska kalu mereka belum mati, tetapi Waska tak memperdulikaanya dengan terus meledek keduannya dengan cara menghisap rokoknya dengan nikmat dan meninggalkan mereka. Namun sebagai anak buah, Ranggong dan Borok tidak bisa kehilangan seorang pemimpin, akhirnya mereka pun mengejar Waska yang mulai meninggalkannya. Hal itu dapat dilihat dari dialog berikut :
WASKA
Saya masih hidup seperti halnya kalian.
BOROK
Maaf Waska. Saya tidak bisa lagi ketawa seperti tadi menghadapi kamu.
RANGGONG
Saya terus terang mulai merasa jengkel. Saya kuatir, lama-lama saya juga mulai goyah oleh sikap bimbang kamu. Lama-lama saya bisa jadi tidak yakin bahwa saya sudah mati.
WASKA
Kamu tidak perlu yakin. Kamu emmang masih hidup.
BOROK (Marah besar)
Waska! Modar!
RANGGONG
Bergurau ada batasnya. Persoalan mati ini sudah menyangkut persoalan iman, jangan dibikin mainan.
SETELAH MENGAMBIL HELM DAN TABUNGNYA YANG TERGELETAK DI TANAH DENGAN KALEM WASKA NGGELOYOR MENUJU PESAWATNYA
BOROK
Eh, ngeloyor malah. Bisa tambah marah saya. Dan kalau sampai terjadi saya bisa ngelunjak lantaran ninju karung sperma bocor yang tua itu, wah bisa menyesal selama-lamanya saya. Sialan. Belum pernah selama saya menjadi asistennya selama berabad-abad berniat maker. Padahal saya mampu kalau saya mau. Tapi saya tidak mau. Saya tidak punya niat, karena memang saya respek sama itu bandot tua. Biar bagaimana pun dia bangkotan kemanusiaan nomor wahid sepanjang sejarah.
DENGAN SANTAI DI KEJAUHAN KELIHATAN WASKA SEDANG MENYALAKAN ROKOK DAN MENYEDOTNYA DALAM-DALAM. SEBELUMNYA DIA MINUM SESUATU
BOROK
Dia selalu bikin saya pusing. Dia selalu memaksa otak saya bekerja. Padahal saya paling malas berpikir. Tapi dia selalu menggoda.
RANGGONG
Dan sekarang dengan kalem ia sedang menggoda kita dengan kebimbangan dan kesangsiannya. Sudah jelas kita sudah koit tapi dia masih juga ngutak-ngatik-ngusik-ngusik mengatakan kita masih hidup.
BOROK
Bisa gampang goyah kalau iman tipis menghadapi dia.
RANGGONG
Kita malah sekarang sedang goyah.
BOROK
Modar! Saya tidak boleh goyah! Saya harus tetap yakin bahwa saya sudah mati.
RANGGONG
Tapi dia dengan gayanya yang kayak celeng berotak jenius, lihat, ia betul-betul sedang menggoyahkan iman kita.
BOROK
Jahat dia, Modar! Cara dia merokok begitu rupa seperti mengejek keyakinan kita.
RANGGONG
Celakanya lagi dia tidak hanya berpikir dengan otaknya tapi seluruh dirinya. Bahkan rambutnya ikut berpikir karena seluruh dirinya memuat begitu banyak disket dengan berbagai program yang tak terhitung jumlahnya.
BOROK
Bahkan gayanya. Gayanya ikut berpikir. ngeledek betul dia.
RANGGONG
Mau tidak mau kita terpaksa harus mengejar mendekati dia. Bagaimana pun dia magnit sementara kita Cuma sekrup-sekrupnya.
BOROK
Modar!
RANGGONG
Ayo kita dekati dia. Kita ngalah.
BOROK
Saya setuju kita dekati dia, tapi saya tidak mau ngalah. Kita harus mengalahkan dia. Iman kita harus mengalahkan imannya. Pokoknya dia harus ngaku bahwa dia sudah mati. Kalau dia nggak mau ngaku juga bahwa dia sudah mati, paling tidak, dia harus menyatakan bahwa kita berdua sudah mati.
Setelah mereka mendapatkan Waska, akhirnya mereka terpengaruh juga oleh Waska dengan bukti-bukti kalu ternyata mereka bertiga memang belum juga mati. Pada mulanya Borok memang masih ragu dengan hal itu, sehingga Waska ditiju olehnya sampai keluar darah di mulutnya. Melihat hal tersebut, Ranggong mencoba untuk menghalau Borok yang sedang emosi. Namun tinjuan sudah mendarat di muka Waska. Dengan sangat menyesal Ranggong meminta maaf kepada Waska atas kelakuan Borok. Waska tidak marah, malah tersenyum dan tertawa. Dia menganggap dirinya pemimpin yang berhasil karena sudah bias menjadikan anak buahnya menjadi berani dan tidak mempunyai rasa takut dalam menghadapi suatu hal. Hal tersebut dapat dilihat dari dialog sebagai berikut :
BOROK
Jangan paksa saya main tangan, Waska. Ketika hidup saya memang tangan kanan kamu, asisten kamu. Tapi sekarang status sedikit banyak berubah pada kita.
RANGGONG
Tolong waska, jangan mendorong Borok, pembantumu yang setia dan saya yang selalu loyal ini terdorong untuk menghajar kamu.
MAKIN HEBAT WASKA KETAWA. TAK SABAR DAN TAK DAPAT MENAHAN DIRI, MAKA BOROK LANGSUNG MENINJU WASKA SAMPAI LELAKI TUA ITU TERPENTAL AGAK JAUH. NAMUN, WASKA TIDAK JATUH. ADA DARAH DI MULUTNYA TAPI DIA TETAP KUKUH BERDIRI. BAHKAN ROKOKNYA MASIH DI TANGANNYA. DENGAN TENANG DAN TERSENYUM WASKA MENGHAPUS DARAH ITU. SEMENTARA RANGGONG MENAHAN BOROK
RANGGONG
Tahan diri, Borok! Tahan diri! Atau kamu akan berhadapan dengan saya sendiri!
BOROK
Cara becanda dia kelewatan.
RANGGONG
Jangan lupa, bagaimana pun kita berdua tidak akan mampu berbuat banyak tanpa dia.
WASKA
Untuk pertama kali saya dipukul anak buah sendiri. pahit-pahit-manis.
RANGGONG
Maafkan Borok Waska
WASKA
Tentu saja saya harus memaafkan kalian, kalau tidak, pastilah saya pemimpin kampungan yang bodoh. Apa kata saya tadi? Pahit-pahit-manis, bukan? Ya, menerima tamaparan dari anak sendiri itu pahit-pahit-manis. Pahit karena sakit tapi sekaligus manis karena bahagia menyaksikan keberanian anaknya yang sedang tumbuh menjadi dirinya.
TIBA-TIBA BOROK LARI MENGHAMBUR DAN MENDEKAP KAKI WASKA, SEMENTARA RANGGONG IKUT MENGEJARNYA KARENA KUATIR
Karena dirasa usahanya sia-sia dalam mencari kematian di luar angkasa, maka mereka bertiga sepakat kembali ke bumi untuk mencari orang yang pernah memberikan jamu dadar bayi, yaitu Mbah Albert Tambayong dan Mbah putri istrinya. Mereka berharap setelah menemukan Mbah Albert dan istrinya, mereka akan diberi jamu penangkal dari jamu yang awal. Hal itu dapat dilihat dalam dialog sebagai berikut :
RANGGONG
Satu-satunya harapan ada di bumi. Kita sebaiknya kembali ke sana!
BOROK
Buat apa? Di sana kita akan semakin tersiksa oleh kekosongan ini!
RANGGONG
Kita cari monyet tua itu. Albert Tambayong, petapa tua itu. wiku. Wiku. Empu yang arif itu. dari dia dan istrinya kita mendapatkan formula obat penangkal ajal. Maka bukan mustahil kita bisa mendapatkan dari ia formula lain yang mampu membunuh kita.
WASKA
Ya, sejak tadi saya juga sedang berpikir tentang petapa tua dan istrinya itu. saya curiga ini semua ulah mereka.
BOROK
Modar! Kemana kita akan mencari mereka?
RANGGONG
Seperti dulu kita temui mereka. Di salah satu desa di puncak Himalaya
BOROK
Modar!
WASKA
Kita kembali ke bumi!
Setelah sampai di bumi mereka tidak langsung bertemu dengan Mbah Albert dan istrinya, tetapi mereka melihat keanehan yang terjadi di bumi selama mereka tinggal ke luar angkasa. Semua yang ada di bumi menjadi hancur rata dengan tanah seperti telah terjadi kiamat. Hal itu tergambar pada dialog sebai berikut :
BOROK
Modar!
RANGGONG
New York hancur seperti juga London dan Paris. Moskow dan new Delhi sama sekali tidak ada bekasnya.
BOROK
Modar! Mayat di mana-mana!
RANGGONG
Kuburan di mana-mana. Tanpa tanda.
BOROK
Jangan-jangan kiamat sudah berlangsung tanpa kita tahu. Entah sedang dimana kedudukan pesawat kita ketika semua kehancuran bumi itu terjadi.
Setelah melihat situasi itu, mereka memutuskan untuk beristirahat sembari menunggu kedatangan Mbah Albert yang diduga berada tidak jauh dari situ.
Setelah mereka bertemu dengan Mbah Albert, mereka malah tertawa bercanda bersama-sama dan hamper lupa dengan tujuan awal mereka. Namun setelah sadar dengan tujuannya mereka mulai cekcok dengan Mbah Albert unutk meminta ramuan penangkal dari jamu yang pertama dulu. Ketika terjadi pecekcokan Borok tiba-tiba pengin kencing, lalu lari begitu saja meninggalkan Waska, Mbah Albert dan Ranggong untuk pergi kecing. Namun diluar dugaan ternyata alat kelamin Borok tidak ada entah kemana. Dia meneram kesakitan selama satu jam Karena tidak bisa kencing. Hal itu dapat dilihat dalam dialog sebagai berikut :
WIKU
He, siapa kalian?
NINI
Ya, siapa kalian?
BOROK
Modar! Kalian sendiri siapa?
RANGGONG
Ya, kalian siapa?
OS WASKA (meludah)
Cuah!
NAMPAK KECAPEKAN KETIKA WASKA MUNCUL. NAPASNYA TURUN NAIK
WASKA
Cuah! Lebih dari belut. Selalu luput. Persis kebenaran. Dan ketika malam turun gelap segera menyembunyikan mahluk aneh yang penuh rahasia itu. cuah!
RANGGONG DAN BOROK MENDENGARKAN, SEMENTARA WIKU MENGAMATI CURIGA. ADAPUN NINI KELIHATAN CEMAS SEKALI
WASKA
Kadang ia lari dengan lincahnya seperti seekor kijang. Dan saya berusaha terus menerus mengejarnya seperti laksamana. Dan sebelum gaib ia seperti menjelma kencana yang bercahaya. Lalu turun malam menutup pandangan. Cuah!
WIKU
Hati-hati Ni, dia lelaki yang kelebihan sperma. (semua ketawa)
WIKU
Oya. Kalau begitu monyet-monyet ini pasti
BOROK
Borok
WIKU
Dan
RANGGONG
Ranggong
BOROK
Modar!
RANGGONG
Harapan!
BOROK
Terimalah sungkem saya mbah
RANGGONG
Saya juga, eyang.
WIKU
Ya, saya terima. Perhitungan yang lain belakangan. Dengan Waska saya juga ada perhitungan. Tapi sebelum berantem, sebaiknya kita ramah tamah dulu. Bagaimana pun kita masih manusia. Kalian masih manusia, kan?
BOROK
Modar!
RANGGONG
Masih, kek.
WIKU
Syukur kalian masih merasa. Mudah-mudahan bukan ujud kalian saja yang manusia. Jangan-jangan kalian siluman seperti umumnya orang.
RANGGONG
Tampang kami memang tampang petinju, mbah.
BOROK
Tapi jiwa kami ustadz.
RANGGONG
Banyak yang sebaliknya, mbah. (ketawa mereka)
NINI
Ketawanya jangan kepanjangan, nanti bisa kejang. Kalau rahang yang kejang masih tidak apa, tapi kalau mental yang kejang bisa fatal. (ketawa lagi mereka)
BOROK (ketawa)
Sampai pengin kencing.
NGELOYOR PERGI BOROK SEMENTARA YANG LAIN-LAIN SEMAKIN RAMAI KETAWA
WIKU
Kalau Waska selalu kejang, tapi anunya. Makanya hidupnya selalu belepotan! (ketawa)
WASKA
Kalau Wiku semuanya kejang kecuali otaknya. Jadinya kayak robot (ketawa)
WIKU
Kalau Waska ketawa ada maunya (ketawa)
WASKA
Kalau Wiku ketawa sebenarnya sedang sedih. (ketawa)
SEJAK ITU SEMUA KETAWA TAK HABIS-HABIS
RANGGONG
Aduh. Saya juga pengin kencing.
BOROK
Modar! Modar!
MUNCUL BOROK DALAM KEADAAN PUCAT PASI DAN SANGAT KEBINGUNGAN SAMBIL MEMEGANG BAGIAN KEMALUANNYA
BOROK
Jangan diskusi dulu. Ini mendesak.
NAPASNYA TURUN NAIK. DAN IA TIDAK BISA LANCARA BICARA KARENA ADA SESUATU YANG BERAT INGIN DISAMPAIKAN
NINI
Kenapa? Kencing kok sampai satu jam!?
BOROK
Ini lebih gawat dari kiamat. Tapi….
BOROK
Aduh, saya masih pengin kencing.
WASKA
Apa susahnya kencing?
BOROK
Sudah satu jam saya mencoba kencing, tapi tidak bisa. Aduh. Habis tenaga saya. Sakitnya bukan main.
WASKA
Cuah! Apa perlu orang lain membuka celana kamu? Bikin malu!
BOROK
Ya, saya malu. Soalnya kosmos kecil saya hilang. Maksud saya titit saya hilang.
SEMUA TERNGANGA
NINI
Ini pasti karena ada yang salah ketika minum jamu dulu
Maka terjadilah suatu perdebatan yang antara mereka. Dan pada akhirnya mereka menyadari bahwasanya mereka tidak akan mati dan tidak akan pernah mati. Hal itu ternyata juga dialami oleh Mbah Albert dan Isrtinya –mbah putri atau Nini- karena sebelum Waska, Ranggong, dan Borok meminum jamu dadar bayi, ternyata Mbah albert dan istrinya sudah meminum dulu jamu tersebut. Mereka semua hidup dalam kesengsaraan yang tak pernah akan mati. Hal itu dapat dilihat pada dialog berikut :
WIKU
Kamu tidak sendirian
WASKA
Memang bukan saya saja. juga Ranggong dan Borok. Bertiga.
WIKU
Bukan bertiga. Berlima.
WASKA
Berlima?
WIKU
Saya dan Nini juga punya derita yang sama.
TERNGANGA WASKA, BOROK JUGA. NINI KELIHATAN TETAP TEGAR
WIKU
Jauh sebelum kalian minum jamu itu, lebih dulu Nini sendiri menenggaknya sebagai percobaan pertama atas manusia. Saya juga kemudian menenggaknya, karena saya tak hendak berpisah dari Nini. Mungkin ada perhitungan yang keliru. Atau mungkin juga memang tidak akan terhitung. Maka jadilah kami seperti yang kalian alami sekarang.
WASKA
Lalu apa artinya ini?
CEMASNYA BUKAN MAIN WASKA
BOROK (lemes)
Modar!
WIKU
Kita hidup dan hidup
WASKA
Sampai kapan?
WIKU
Sampai mati.
BOROK
Indah sekali.
WASKA
Kapan itu?
WIKU
Tetap seperti dulu. Kita tidak tahu.
BOROK
Oh, Ranggong….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar